Disebut Anti Kritik, Bupati Ende: Aktivis Mahasiswa Tak Paham Persoalan

ENDE, NTT – Rencana kenaikan tarif Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Tirta Kelimutu di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), memicu polemik antara aktivis mahasiswa dan Bupati Ende, Yosep Benediktus Badeoda.
Para mahasiswa yang memprotes kebijakan tersebut menilai respons bupati sebagai bentuk arogansi, sementara bupati menyebut para aktivis tidak memahami persoalan yang sebenarnya.
Konflik ini bermula dari aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh kelompok Cipayung Plus (PMKRI, GMNI, IMM) dan BEM Universitas Flores pada Kamis (4/9/2025).
Mereka menuntut agar rencana kenaikan tarif dibatalkan karena kondisi ekonomi masyarakat yang dinilai sedang sulit.
Menanggapi aksi tersebut, Bupati Ende dikutip media ekorantt.com melontarkan pernyataan balik agar mahasiswa jangan asal ngomong.
Pernyataan ini memantik reaksi keras dari Ketua PMKRI Cabang Ende, Erlan Le’u yang menganggap bupati tidak seharusnya membatasi kritik dan menilai ucapan tersebut sebagai bentuk arogansi kekuasaan.
Saat dimintai tanggapan atas komentar tersebut, Bupati Ende menegaskan bahwa dirinya tidak anti terhadap kritik.
“Kita tidak pernah menghalangi orang kritik, tetapi kritik yang membangun. Kalau mereka sendiri tidak paham suatu hal kemudian kasih kritikan ya sama saja,” ujar Yosep Benediktus Badeoda kepada Pranusa.Id, Jumat, 12 September 2025.
Yosep menambahkan bahwa ia lebih menyukai dialog dan mengajak para mahasiswa untuk mengkaji terlebih dahulu permasalahan yang ada sebelum melontarkan kritik.
“Harus dikaji dulu sebelum kritik dan saya lebih suka ajak diskusi biar paham,” tutupnya.
Laporan: Marsianus N.N | Editor: Kristoforus