Program PASTI Turunkan Stunting di Empat Kabupaten Kalbar | Pranusa.ID

Program PASTI Turunkan Stunting di Empat Kabupaten Kalbar


Ilustrasi: Penanganan Program Stunting

PONTIANAK – Program Partner Akselerasi Penurunan Stunting di Indonesia (PASTI) menunjukkan hasil positif dalam upaya intervensi gizi dan edukasi di empat kabupaten di Kalimantan Barat, yakni Kubu Raya, Sambas, Bengkayang, dan Sekadau. Program ini dinilai berhasil menjangkau ribuan warga dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya gizi seimbang.

Stunting masih menjadi tantangan serius di Kalbar, di mana data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 mencatat angka prevalensi stunting mencapai 26,8 persen, atau sekitar satu dari empat bayi mengalami kekurangan gizi kronis.

Sekretaris Perwakilan BKKBN Kalimantan Barat, Rindang Gunawati, menegaskan bahwa percepatan penurunan stunting memerlukan sinergi dan pendekatan komprehensif.

“Masalah stunting tidak hanya soal asupan makanan, tapi juga pola pengasuhan, layanan kesehatan, dan kesadaran keluarga sejak masa pranikah,” kata Rindang pada Sabtu (17/10/2025).

Menjawab tantangan ini, Program PASTI—sebuah kemitraan strategis antara BKKBN, Tanoto Foundation, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN), dan PT Bank Central Asia Tbk (BCA)—diimplementasikan oleh Wahana Visi Indonesia.

Hingga September 2025, program ini telah menjangkau 2.901 orang dewasa dan 996 anak. Sebanyak 249 kader Tim Pendamping Keluarga (TPK) telah dilatih, yang berkontribusi pada peningkatan 94,5 persen pengetahuan masyarakat.

Selain menyasar keluarga, program ini juga fokus pada remaja. Sebanyak 113 peer educator (pendidik sebaya) telah dilatih untuk memberikan edukasi kesehatan, gizi, dan pencegahan anemia kepada lebih dari 700 remaja usia 15-19 tahun.

National Program Manager Program PASTI, Hotmianida Panjaitan, menambahkan bahwa kunci keberhasilan program ini adalah pendekatan yang adaptif terhadap budaya lokal dan berbasis data.

“Kami percaya bahwa pemenuhan gizi dan kesejahteraan anak bukan hanya tanggung jawab sosial, tetapi bagian integral dari pembangunan berkelanjutan. Untuk itu, kami menjalankan kerja sama dengan kader dan remaja sebagai agen perubahan di tingkat desa hingga kabupaten untuk memperkuat sistem lokal,” tambah Hotmianida.

Salah satu intervensi yang dilakukan adalah kelas Pos Gizi DASHAT, yang menyasar balita dan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) melalui praktik memasak berbasis bahan pangan lokal.

Manfaat program ini dirasakan langsung oleh masyarakat. Elis, salah satu kader, menyebut adanya perubahan pola pikir di lingkungannya.

“Perubahan paling terasa adalah meningkatnya pemahaman masyarakat soal gizi dan pola pengasuhan. Dulu banyak yang only fokus memberi makan anak kenyang, sekarang mulai sadar pentingnya gizi seimbang,” ucap Elis.

Laporan: Severinus | Editor: Michael

Berita Terkait

Top