
JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengeluarkan peringatan serius terkait evolusi strategi kelompok teror yang semakin canggih dalam memanfaatkan celah digital.
Di tengah kemajuan teknologi informasi, kelompok radikal dinilai kian adaptif dan tidak lagi hanya mengandalkan pertemuan fisik untuk menyebarkan paham ekstremisme.
Kepala BNPT, Komjen Pol Eddy Hartono, menegaskan bahwa pola rekrutmen dan indoktrinasi teroris telah bertransformasi secara drastis.
Jika dahulu aktivitas propaganda dan pendanaan dilakukan secara tatap muka dengan target usia produktif (25–35 tahun), kini sasaran mereka meluas hingga ke anak-anak di bawah umur.
“Ancaman radikalisasi dan terorisme terus beradaptasi mengikuti perkembangan teknologi informasi. Anak-anak dan remaja kini menjadi sasaran baru kelompok ekstremis yang bergerilya di platform digital,” ujar Eddy Hartono saat berbicara di Surabaya, Kamis (18/12/2025).
Radikalisasi Lewat Gim Daring
Eddy mengungkapkan fakta mengkhawatirkan bahwa kelompok teror kini menyusup melalui media sosial dan platform permainan daring (game online). Hal ini terbukti dari keberhasilan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri beberapa bulan lalu yang menangkap lima tersangka jaringan Jamaah Ansharud Daulah (JAD) berafiliasi ISIS.
Kelompok ini terbukti melakukan radikalisasi terhadap 110 anak yang tersebar di berbagai provinsi dengan memanfaatkan interaksi di media sosial dan gim daring.
Pergeseran ke ranah digital juga berdampak pada kecepatan proses indoktrinasi. Berdasarkan kajian bersama antara BNPT, Densus 88, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), serta Kementerian Komunikasi dan Digital, proses “pencucian otak” di dunia maya berlangsung jauh lebih cepat dibandingkan metode konvensional.
Eddy menjelaskan, jika metode tatap muka membutuhkan waktu bertahun-tahun (sekitar 3–5 tahun) untuk memapar seseorang, radikalisasi digital mampu mengubah pola pikir seseorang hanya dalam hitungan bulan.
“Proses radikalisasi di ruang digital dinilai jauh lebih cepat. Jika sebelumnya membutuhkan waktu bertahun-tahun, kini radikalisasi dapat terjadi hanya dalam kurun tiga hingga lima bulan,” pungkasnya.
BNPT menyerukan peningkatan kewaspadaan orang tua dan literasi digital yang kuat sebagai benteng utama melindungi generasi muda dari paparan ideologi berbahaya yang kini bersembunyi di balik layar gawai.
Laporan: Severinus | Editor: Arya