Romo Magnis Tolak Gelar Pahlawan untuk Soeharto

pranusa.id November 6, 2025

FOTO: Budayawan dan Rohaniawan Katolik, Romo Magnis Suseno.

JAKARTA – Usulan gelar Pahlawan Nasional untuk mantan Presiden Soeharto menuai penolakan dari akademisi senior dan Guru Besar Ilmu Filsafat Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Romo Franz Magnis Suseno.

Romo Magnis secara tegas menilai Soeharto tidak layak dianugerahi gelar tersebut karena sejarah pelanggaran HAM berat, termasuk genosida, dan praktik korupsi besar-besaran.

Sikap penolakan ini disuarakan Romo Magnis dalam konferensi pers di Kantor LBH Jakarta, pada Selasa (4/11).

Menurut ahli filsafat moral ini, standar etik seorang pahlawan nasional berada jauh di atas jasa-jasa kepemimpinan biasa. Pahlawan dituntut harus bebas dari noda kejahatan dan pelanggaran etika.

“Tapi untuk menjadi seorang pahlawan nasional dituntut lebih dari sekadar itu. Seorang pahlawan seharusnya tidak melakukan hal-hal yang jelas melanggar etika dan kejahatan,” tegasnya.

Alasan Ganda: Genosida dan Memperkaya Diri

Romo Magnis menyoroti dua catatan hitam yang menjadi dasar penolakannya. Pertama, keterlibatan Soeharto dalam tragedi 1965–1966.

Ia menyebut peristiwa pembunuhan massal tersebut sebagai salah satu kejahatan terbesar di dunia.

“Tidak bisa disangkal juga bahwa Soeharto adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas satu dari lima genosida terbesar umat manusia di abad ke-20, yaitu pembunuhan massal tahun 1965-1966, antara 800 ribu hingga 3 juta orang menjadi korban,” ungkapnya.

Kedua, adalah aspek moralitas terkait korupsi. Praktik memperkaya diri sendiri dan kroni dinilai bertentangan dengan nilai dasar seorang pahlawan yang seharusnya bekerja tanpa pamrih.

“Salah satu alasan mengapa Soeharto tidak boleh menjadi pahlawan adalah karena dia melakukan korupsi besar-besaran dengan memperkaya keluarga, orang-orang dekatnya, dan dirinya sendiri,” pungkas Romo Magnis.

Meskipun kritik tajam dilontarkan, Romo Magnis tetap mengakui jasa-jasa Soeharto yang membawa Indonesia keluar dari krisis ekonomi pasca-Demokrasi Terpimpin.

Ia juga mengapresiasi upaya penguatan ASEAN dan penolakan konfrontasi dengan Malaysia.

“Tidak disangkal sama sekali bahwa Soeharto adalah presiden yang hebat dan membawa Indonesia keluar dari krisis ekonomi,” katanya.

Namun, ia kembali mengingatkan bahwa jasa-jasa tersebut tidak dapat menutupi rekam jejak pelanggaran berat yang menghalangi pemberian gelar Pahlawan Nasional.

Laporan: Hendri | Editor: Arya

Rekomendasi untuk Anda
Berita Lainnya
Kukuhkan 2.462 PPPK Paruh Waktu, Bupati Ketapang: Jadilah Agen Perubahan Daerah
KETAPANG – Pemerintah Kabupaten Ketapang resmi mengukuhkan 2.462 pegawai baru…
Harga Emas Galeri 24 dan UBS Kompak Melonjak, Tembus Rp2,5 Juta per Gram
JAKARTA – Tren positif harga emas kembali terlihat pada perdagangan…
Dugaan Pidana: KPK Endus 60 LHKPN Pejabat Terindikasi Korupsi
JAKARTA – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali mengungkap temuan mengejutkan…
Dunia Merugi Rp1.800 Triliun, 2025 Jadi Tahun Termahal Akibat Bencana Iklim
JAKARTA – Tahun 2025 tercatat sebagai salah satu periode dengan…
Sempat Dirawat, Nadiem Makarim Dinyatakan Sehat Jelang Sidang Kasus Chromebook
JAKARTA – Mantan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek),…
WhatsApp Image 2025-12-19 at 20.57.42 (1)
WhatsApp Image 2025-12-22 at 13.10.14
ChatGPT Image 23 Des 2025, 08.56.24
WhatsApp Image 2025-12-23 at 11.11.08