Kontestasi Demokrasi dan Pemilih Anak Muda
KOLOM– Menjelang pesta demokrasi yang akan berlangsung tahun depan, perhelatan politik di Indonesia telah memasuki fase yang semakin menarik dan dinamis. Beberapa kelompok politik sudah mulai membentuk poros koalisi dan dukungan politik terhadap beberapa calon mulai mengalir di berbagai wilayah, baik tingkat nasional maupun lokal.
Tentunya peta politik di Indonesia sangatlah cair dan fleksibel karena dapat berubah sesuai dengan pembacaan politik dan berbagai jenis kepentingan yang diusung parpol (partai politik). Namun saat ini negara mengalami perhelatan politik demokrasi yang kaya akan identitas politik dan kekuatan politiknya seringkali sulit dipahami dengan jelas.
Fenomena inilah telah memicu banyak analisis mengenai karakteristik politik demokrasi di Indonesia. Beberapa analisis menyatakan bahwa demokrasi di Indonesia dikendalikan oleh kelompok oligarki (Winters, 2011), yaitu sekelompok elite politik dan ekonomi yang memiliki pengaruh yang besar dalam proses politik dan pengambilan keputusan.
Di sisi lain, ada pandangan bahwa demokrasi Indonesia masih terhantui oleh kekuatan elit lama yang telah berubah dan beradaptasi dalam agenda demokratisasi (Hadiz dan Robison, 2014). Selain itu, analisis dari Burhanuddin Muhtadi (2020) juga mengungkapkan isu serupa adanya praktik politik uang (money politics) yang mengganggu proses politik demokrasi di Indonesia.
Praktik ini dapat merusak integritas proses politik dan mengakibatkan calon dengan dana lebih besar memiliki keunggulan dalam mendapatkan dukungan politik dan mengampanyekan diri.
Sementara itu, Aspinall dan Berenschot (2019) berpendapat praktik klientelisme juga mempengaruhi proses politik di Indonesia. Klientelisme merujuk pada praktik di mana para politisi memberikan bantuan atau pelayanan langsung kepada masyarakat atau kelompok tertentu sebagai imbalan atas dukungan politik, yang dapat menyebabkan distribusi sumber daya dan pelayanan publik yang tidak merata.
Secara keseluruhan, situasi politik demokrasi di Indonesia pada tahun 2024 memperlihatkan kompleksitas dan tantangan yang perlu dihadapi. Analisis-analisis ini memberikan gambaran tentang beberapa isu kritis yang perlu diperhatikan dalam rangka memperkuat dan menjaga kualitas demokrasi di Indonesia.
Politik demokrasi Indonesia mendapatkan banyak perhatian dan perdebatan tanpa henti, karena melibatkan berbagai kekuatan dari aktor politik yang berlaga di panggung politik.
Kompleksitas inilah yang membuat politik demokrasi Indonesia menarik, bukan hanya karena adanya persaingan antara aktor politik, tetapi juga beragamnya kepentingan yang menghasilkan kebijakan dan pemenuhan kebutuhan warga dari para pemimpin yang terpilih melalui proses demokratisasi.
Dampak dari situasi ini memicu kebijakan yang tidak menguntungkan rakyat, karena sering kali didorong oleh kepentingan kelompok tertentu yang mendukung para pemimpin terpilih. Selain itu, kesenjangan ekonomi semakin melebar dan korupsi semakin merajalela di berbagai institusi dan birokrasi negara.
Warga negara dihadapkan pada kondisi yang kurang menggembirakan dalam lanskap politik demokrasi di Indonesia. Terdapat kekuatan yang mampu menghalangi upaya perlawanan terhadap kepentingan oligarkis yang beragam. Situasi ini semakin kompleks ketika gerakan masyarakat sipil terpecah menjadi berbagai kelompok dengan kepentingan berbeda.
Dalam menghadapi situasi yang tidak menentu ini, kehadiran anak muda dalam politik menjadi sangat penting. Anak muda bisa menjadi aktor alternatif yang memungkinkan agenda demokratisasi berjalan dengan lebih baik di Indonesia. Namun, hal ini tidaklah cukup untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Masih diperlukan upaya lebih lanjut yang merespons tantangan politik secara kompetitif.
Sebab, anak muda dengan mempunyai visi dan misi yang visoner dalam berdemokrasi. Seiring pengiringan permasalahan mengenai politik, hukum, isu agama, bahkan sosial-ekonomi dinilai dapat terpengaruh berbagai ragam pembicaraan yang diruang lingkup berdemokrasi.
Selain itu, anak muda bijak dalam mengambil keputusan, sehingga adanya sikap tegas dan tidak cenderung mudah terombang-ambing oleh tawaran politik yang menguntungkan diri mereka sendiri. Oleh karena itu, konsolidasi anak muda bersama elemen civil society (masyarakat) menjadi hal penting agar agenda demokrasi dapat berjalan dengan baik.
Melalui konsolidasi dan kolaborasi, anak muda dapat mengawal demokrasi dengan tidak apatis terhadap negara tetapi menjadi kekuatan yang relevan dan memiliki peran yang signifikan dalam kancah politik demokrasi Indonesia.
Momentum Pemilu 2024 harus dimanfaatkan dengan baik oleh anak muda. Hal ini lah diperlukan anak muda apalagi persoalan pemilih pemula sebagai kekuatan demokrasi pemilihan umum yang terus berkembang dan meningkat, tentunya pemilihan umum haruslah mempunyai proses pembelajaran seperti politic education (pendidikan politik).
Apalagi diiringi dengan kecanggihan teknologi dapat menyebabkan isu-isu di media sosial yang membawa ketidaklibatan politik. Dengan adanya dukungan anak muda yang memikirkan bangsa dan negara. Maka demokrasi menjadi kesempatan untuk menunjukkan komitmen generasi muda terhadap kepentingan warga dan kelangsungan demokrasi di masa depan yang beradab dan berkeadilan.