Bicara Soal Buzzer, Rocky Gerung: Pekerjaan Terburuk dalam Hidup Manusia

pranusa.id June 22, 2020

Tangkapan layar sesi tanya jawab antara Ustaz Abdul Somad dan Rocky Gerung (Youtube/@Ustadz Abdul Somad Official)

 

PRANUSA.ID — Akademisi Rocky Gerung menyebut buzzer yang menyerang komika Bintang Emon beberapa waktu lalu merupakan serangan tanpa akal sehat.

Hal itu disampaikannya ketika berbincang bersama Ustaz Abdul Somad di akun Youtube ‘Ustadz Abdul Somad Official’ pada Senin (22/6/2020).

“Itu pertanda buzzer tidak disiapkan dengan akal. Kalau dengan akal pasti tertawa kalau ada komika, karena kan komika buat bahagia, masa diserang orang yang buat bahagia?” kata Rocky.

Dia meyakini buzzer tidak memahami substansi yang diserang karena bertindak hanya karena suruhan tanpa pengetahuan. Hal ini yang kemudian menyebabkan buzzer serampangan dalam menyerang orang.

“Pekerjaan paling buruk dalam hidup manusia adalah menjadi buzzer, karena itu dungu, sekaligus pengendus, sekaligus menjadi budak dari kedunguannya sendiri. Itu bagian paling buruk dari manusia, menjadi budak dari kedunguannya sendiri,” ujar dia.

Menurut Rocky, standar akal sehat adalah mereka yang tidak mencari-cari alasan untuk mengalihkan isu dan tidak menipu. Hal ini kemudian yang membuat ia menyebut buzzer tidak memiliki akal sehat.

Sebab, buzzer hanya meminjam akal hingga tidak dapat mengetahui fungsi dari akal itu sendiri. “Bisa-bisa dia (buzzer) pinjam akal yang lebih buruk dari akalnya,” imbuh dia.

Ketika ditanya soal dampak serangan buzzer, Rocky mengatakan jika tidak ingin serangan buzzer berujung sia-sia, maka semestinya mengklasifikasi terlebih dahulu siapa saja tokoh yang efektif untuk diserang di media sosial.

Dia kemudian mengumpamakan buzzer sebagai daun dengan akar yang masih kuat. Buzzer lelah menyerang kiri dan kanan karena tidak memiliki IQ.

“Serang ulama tidak terganggu, serang kritikus ya ngapain ladenin buzzer, akhirnya serang komika. Ya ngapain juga percuma karena daun cuma bergoyang kalau diserang,” selorohnya.

Rocky menyebut buzzer semestinya mencari bagian terkuat dari oposisi. Namun, karena sudah bersama-sama di dalam, jadinya tidak bisa ditemukan.

“Buzzer itu terjebak karena ketidakmampuan baca substansi, mana yang sekadar gejala. Itu sialnya buzzer Indonesia,” kata dia.

(Cornelia)

Rekomendasi untuk Anda
Berita Lainnya
Kukuhkan 2.462 PPPK Paruh Waktu, Bupati Ketapang: Jadilah Agen Perubahan Daerah
KETAPANG – Pemerintah Kabupaten Ketapang resmi mengukuhkan 2.462 pegawai baru…
Harga Emas Galeri 24 dan UBS Kompak Melonjak, Tembus Rp2,5 Juta per Gram
JAKARTA – Tren positif harga emas kembali terlihat pada perdagangan…
Dugaan Pidana: KPK Endus 60 LHKPN Pejabat Terindikasi Korupsi
JAKARTA – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali mengungkap temuan mengejutkan…
Dunia Merugi Rp1.800 Triliun, 2025 Jadi Tahun Termahal Akibat Bencana Iklim
JAKARTA – Tahun 2025 tercatat sebagai salah satu periode dengan…
Sempat Dirawat, Nadiem Makarim Dinyatakan Sehat Jelang Sidang Kasus Chromebook
JAKARTA – Mantan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek),…
WhatsApp Image 2025-12-19 at 20.57.42 (1)
WhatsApp Image 2025-12-22 at 13.10.14
ChatGPT Image 23 Des 2025, 08.56.24
WhatsApp Image 2025-12-23 at 11.11.08