PBNU: Kiai dan Ibu Nyai Jangan Dimanfaatkan sebagai Juru Kampanye

pranusa.id January 19, 2023

FOTO: Nahdlatul Ulama

PRANUSA.ID– Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ( PBNU ) meminta partai politik, politisi, dan berbagai pihak untuk mengedepankan cara-cara berpolitik yang bersih serta menjunjung tinggi etika. PBNU mendorong agar para tokoh-tokoh agama seperti Kiai atau Ibu Nyai di lingkungan pesantren tidak dimanfaatkan untuk kepentingan politik yang bersifat praktis.

Ketua PBNU Ishfah Abidal Aziz mengatakan, Kiai atau Ibu Nyai memiliki tugas sangat luhur dalam mencetak generasi bangsa yang berpendidikan sekaligus berakhlak mulia. Seperti di lingkungan pesantren, peran kiai adalah mengasuh dan mengajar santri serta mendidik agar mereka bisa menjadi pribadi yang mandiri. Tak hanya itu, peran Kiai atau Ibu Nyai juga sangat besar dalam mengajarkan akan kecintaan terhadap bangsa dan negara.

“Intinya Kiai atau Ibu Nyai tugasnya mendidik secara mendalam tentang pengetahuan keislaman dengan harapan santri bermanfaat untuk masyarakat. Tidak tepat jika tugas Kiai malah dimanfaatkan untuk tujuan pendek, apalagi sekadar menjadi jurkam (juru kampanye),” kata Ishfah di Jakarta, Rabu (18/1/2023).

Menurut Ishfah, pemanfaatan Kiai atau Ibu Nyai dalam percaturan politik praktis justru mengerdilkan peran strategis para tokoh dan pemuka agama. Di sisi lain, ada tugas lebih besar yang diemban mereka baik dalam pendidikan ataupun dakwah.

“Seperti di tengah masyarakat, peran kiai benar-benar menjadi teladan, mendamaikan ketika terjadi perselisihan, memberikan pencerahan, dan menjadi solusi terhadap problematika umat,” katanya.

Ishfah berharap, kepada para pihak yang bermaksud memanfaatkan para Kiai, Ibu Nyai dan tokoh agama, bisa berpikir jernih dan tidak hanya untuk tujuan-tujuan kepentingan politik pendek. Selain akan mendegradasi tugas utama mereka, hal ini juga rawan memicu kegaduhan di tengah masyarakat. Sebaliknya, Ishfah justru sangat berharap para kiai menjadi garda terdepan untuk menebarkan nilai-nilai kedamaian.

“Sangat rawan sekali jika Kiai atau Ibu Nyai terjun ke politik, sulit untuk lepas dari potensi pemanfaatan politik identitas keagamaan, termasuk bawa-bawa bendera ormas,” katanya.

Menurut Ishfah, melalui keputusan NU yang kembali ke Khittah 1926, NU dengan tegas mengembalikan perjuangan organisasi seperti saat awal didirikan, yakni dakwah keagamaan dan sosial kemasyarakatan (jam’iyyah diniyyah ijtima’iyyah).

“Tegas sekali tujuan NU bukan untuk melanggengkan politik praktis. Apalagi menggunakan organisasi untuk tujuan politik tersebut,” katanya.

Laporan: Abdul Hakim (SindoNews)

Rekomendasi untuk Anda
Berita Lainnya
Kukuhkan 2.462 PPPK Paruh Waktu, Bupati Ketapang: Jadilah Agen Perubahan Daerah
KETAPANG – Pemerintah Kabupaten Ketapang resmi mengukuhkan 2.462 pegawai baru…
Harga Emas Galeri 24 dan UBS Kompak Melonjak, Tembus Rp2,5 Juta per Gram
JAKARTA – Tren positif harga emas kembali terlihat pada perdagangan…
Dugaan Pidana: KPK Endus 60 LHKPN Pejabat Terindikasi Korupsi
JAKARTA – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali mengungkap temuan mengejutkan…
Dunia Merugi Rp1.800 Triliun, 2025 Jadi Tahun Termahal Akibat Bencana Iklim
JAKARTA – Tahun 2025 tercatat sebagai salah satu periode dengan…
Sempat Dirawat, Nadiem Makarim Dinyatakan Sehat Jelang Sidang Kasus Chromebook
JAKARTA – Mantan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek),…
WhatsApp Image 2025-12-19 at 20.57.42 (1)
WhatsApp Image 2025-12-22 at 13.10.14
ChatGPT Image 23 Des 2025, 08.56.24
WhatsApp Image 2025-12-23 at 11.11.08