Pengamat: Aktor Politik Utamakan Nalar Kritis, Jangan Hanya Modal Gimik

pranusa.id September 27, 2022

Ilustrasi pemilu: (Medcom.id/Mohamad Rizal)

PRANUSA.ID — Direktur Eksekutif Skala Survei Indonesia (SSI) Abdul Hakim berharap agar para aktor politik peserta pemilu, baik partai politik (parpol), calon anggota legislatif, hingga calon presiden dan wakil presiden mulai mengedepankan nalar kritis untuk membentuk pemilu sehat.

“Saya berharap, aktor politik, baik itu parpol ataupun calon anggota legislatif bahkan sampai calon presiden dan wakil presiden mulai mengedepankan pendekatan pemilu yang konseptual. Lebih mengedepankan ide, gagasan, pemikiran dan nalar kritis untuk menjawab kepentingan publik,” kata Abdul Hakim dilansir Antara, Selasa (27/9).

Abdul mengingatkan agar tidak lagi hanya bermodal gimik politik semata untuk memikat hati rakyat.

Pernyataan tersebut ia sampaikan ketika menanggapi kemunculan berbagai partai politik baru yang mendaftarkan diri untuk menjadi peserta Pemilu 2024. Abdul memandang perlu bagi para aktor politik untuk berfokus pada visi, misi, dan program kerja ke depannya.

“Seandainya pun gimik politik dipakai, sesakilah gimik itu dengan substansi ide terkait dengan persoalan-persoalan yang dihadapi publik saat ini,” ujar Abdul.

Pengamat politik ini memandang pemilu yang sehat sebagai pemilu yang semestinya dipenuhi oleh ide, gagasan, dan pemikiran dari para peserta pemilu, baik partai politik maupun calon presiden dan wakil presiden untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan publik.

Ide-ide ini, tutur dia, harus dibenturkan dalam proses berpikir yang teratur dan logis untuk mencapai simpulan terbaik.

Selanjutnya, simpulan tersebut akan berperan sebagai konsep yang akan dijalankan ketika aktor-aktor politik yang bersangkutan terpilih untuk mengisi posisi jabatan publik.

“Di sektor konstituen, pemilu yang sehat adalah pemilu yang disikapi secara rasional, bukan emosional,” ucapnya.

Dalam pemilu yang sehat, pemilih mampu melakukan kalkulasi dalam menentukan keputusan dalam memilih berdasarkan logika dan rasional.

“Pemilih tidak lagi bersandar melulu pada alasan-alasan ekonomis, sosiologis, atau bahkan antropologis semata, namun lebih mengedepankan nalar kritis dalam memilih calon pemimpin mereka,” tutur Abdul.

Reporter: Antara
Editor: Jessica C.

Rekomendasi untuk Anda
Berita Lainnya
Kukuhkan 2.462 PPPK Paruh Waktu, Bupati Ketapang: Jadilah Agen Perubahan Daerah
KETAPANG – Pemerintah Kabupaten Ketapang resmi mengukuhkan 2.462 pegawai baru…
Harga Emas Galeri 24 dan UBS Kompak Melonjak, Tembus Rp2,5 Juta per Gram
JAKARTA – Tren positif harga emas kembali terlihat pada perdagangan…
Dugaan Pidana: KPK Endus 60 LHKPN Pejabat Terindikasi Korupsi
JAKARTA – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali mengungkap temuan mengejutkan…
Dunia Merugi Rp1.800 Triliun, 2025 Jadi Tahun Termahal Akibat Bencana Iklim
JAKARTA – Tahun 2025 tercatat sebagai salah satu periode dengan…
Sempat Dirawat, Nadiem Makarim Dinyatakan Sehat Jelang Sidang Kasus Chromebook
JAKARTA – Mantan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek),…
WhatsApp Image 2025-12-19 at 20.57.42 (1)
WhatsApp Image 2025-12-22 at 13.10.14
ChatGPT Image 23 Des 2025, 08.56.24
WhatsApp Image 2025-12-23 at 11.11.08