Indra Charismiadji Lukai Hati 3 Juta Guru dengan Rendahkan Profesi Guru
PRANUSA.ID — Ketua Pengurus Besar (PB) PGRI Dudung Nurullah menyebut pernyataan yang dilontarkan Pengamat dan Praktisi Pendidikan Indra Charismiadji telah melukai tiga juta guru di Indonesia.
“Mas Indra, jangan rendahkan profesi guru. Pernyataan Anda sudah melukai tiga jutaan guru di Indonesia,” kata Dudung dilansir JPNN.com, Rabu (13/5/2020).
Indra memang kerap melontarkan kritikan pedas terhadap tenaga pendidik (PNS maupun honorer). Namun, kritikan yang dibarengi pernyataan merendahkan tenaga pendidik kali ini mengundang reaksi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Pernyataan merendahkan tersebut misalnya, “Bagaimana bisa maju pendidikan kalau guru di Indonesia antikritik, maunya gaji besar, tetapi kualitasnya rendah”.
Menurut Dudung, pernyataan Indra tidak 100% benar. Guru SMA di Kabupaten Sukabumi ini justru balik bertanya terkait benarkah semua guru demikian, guru yang maunya gaji besar, dan kualitas guru yang rendah.
“Menurut saya, apa yang diungkapkan Indra Charismiadji tidak 100 persen benar. Malah bisa jadi 100 persen menyakiti perasaan para guru,” tutur Dudung.
Indra sebagai pengamat pendidikan, kata dia, sepertinya tidak efektif menyasar entitas guru. “Menyimpulkan guru antikritik, maunya gaji besar dan kualitasnya rendah bagai memukul nyamuk yang ada di pipi bayi dengan pentungan,” katanya.
Jadinya, terkesan membabi buta. Padahal, lebih elok bila dikatakan ada sebagian guru yang antikritik, ingin gaji besar dan kulitasnya rendah. Sebab, setiap profesi pasti memiliki kekurangan atau kelemahan.
“Semua profesi pasti dalam kadar yang beragam ada gangguan komitmen terhadap pekerjaannya. Bahkan bukankah semua profesi ingin gaji besar? Faktanya gaji guru di Indonesia termasuk rendah, walau bukan terendah di dunia,” beber dia.
Selain itu, Dudung menilai bahwa Indra mencoba berlindung dibalik pendapat Jusuf Kalla yang mengatakan, “Guru kalau diminta tingkatkan kualitas diam. Giliran bicara soal kesejahteraan, semuanya riuh”.
Padahal, keriuhan guru ketika berbicara soal kesejahteraan merupakan suara protes, kode keras. Kode yang ingin mengingatkan bahwa masih ada guru yang bergaji Rp 300 ribu per bulan, masih ada ratusan ribu “Oemar Bakri” yang gajinya sangat rendah.
Sudah seharusnya sebagai seorang pengamat, Indra mengerti lebih dalam terkait alasan guru melakukan hal itu. Jadi, jika Indra menyimpulkan keriuhan guru saat berbicara kesejahteraan identik dengan ingin gaji besar, maka hal itu salah fatal.
“Indra salah tafsir, salah menerjemahkan kode keras dari para guru. Indra tak paham tentang kebatinan para guru,” ujar Dudung.
Adapun soal para guru yang diam ketika membahas peningkatan kualitas, bukan berarti mereka antikritik dan memiliki kualitas rendah.
Namun, hal ini juga kode keras guru kepada Jusuf Kalla bahwa “Kami para guru sudah berupaya meningkatkan kualitas. Namun pemerintah puluhan tahun belum berupaya menuntaskan nasib guru honorer dan perlindungan profesi guru”.
Ratusan ribu guru sudah berusaha meningkatkan kualitas karena sudah banyak guru yang melanjutkan studi S2, bahkan S3. Jadi, diamnya guru saat membahas peningkatan kualitas sudah salah ditafsirkan Indra.
Jawabannya, guru diam karena guru sedang dan sudah melakukannya. “Diam adalah protes dan bertanya, kok pemerintah tak tahu kami sedang bergerak ke arah itu? Ke mana aja pemerintah?”, sergah Dudung.
Dudung mengatakan mungkin ada sekitar satu juta guru yang gajinya masih di bawah UMR/UMP/UKM. Riuh dan diamnya guru adalah bahasa tubuh guru, bahwa “Kami terlalu lama dibayar murah, buruh pabrik saja hampir semuanya UMR”.
Bahasa tubuh ini, menurut Dudung, tampaknya tak dipahami oleh Indra. Untuk itu, ke depannya, ia berharap Indra Charismiadji dapat belajar lagi tentang komunikasi empatik dan komunikasi andragogik.
“Terima kasih Indra Charismiadji yang sudah merendahkan profesi guru. Walau di sisi lain Indra mencoba mengungkap sisi lemah para guru. Itulah pengamat, selalu pandai berkicau. Ada kicauan yang faktual, objektif dan tentu juga ada kicauan yang fals dan menyakiti perasaan guru,” jelas dia.
Di sisi lain, menurut Dudung, tak elok rasanya menghantam perasaan guru ketika masih banyak guru yang belum sejahtera.
“Guru boleh direndahkan atau dituntut bila semua guru di negeri ini sudah sejahtera, gaji sudah sesuai UMR semua dan terlindungi dengan baik,” pungkasnya. (Cornelia/Pranusa)