Lewat Tiga Film Pendek, Diskusi IRB USD Ajak Lihat Kolase Kekerasan Negara di Masa Lalu | Pranusa.ID

Lewat Tiga Film Pendek, Diskusi IRB USD Ajak Lihat Kolase Kekerasan Negara di Masa Lalu


Kegiatan diskusi di USD

YOGYAKARTA – Program Studi Pascasarjana Ilmu Religi Budaya (IRB) Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta menggelar pemutaran tiga film pendek yang dilanjutkan dengan diskusi pada Selasa (25/11).

Acara yang bertempat di gedung serbaguna pascasarjana ini mengusung tema “Yang Datang Dari Masa Lalu,” yang bertujuan menunjukkan bagaimana peristiwa di masa lalu memengaruhi kehidupan di masa depan.

Pemutaran film dimulai pukul 16.00 WIB. Acara ini dimoderatori oleh Jayce (IRB 2025), dengan menghadirkan dua mahasiswa IRB sebagai pemantik diskusi: Ivonne Kani (Filmmaker-IRB 2024) dan Benediktus Fatubun (Staff Pusdep-IRB 2023).

Tiga film yang diputar menyajikan kolase kekerasan negara yang terjadi kepada masyarakat. Film pertama adalah “A Daughter’s Memory” (2018) karya Kartika Pratiwi, yang menceritakan trauma Svetlana Dayani (Putri Njoto) pasca-peristiwa 1965.

Film animasi ini disuarakan langsung oleh Bu Svetlana, yang dinilai menunjukkan keberanian untuk berdamai dengan kisah masa lalunya.

Film kedua berjudul “Adegan yang Hilang Dari Petrus” (2019) karya Arief Budiman, yang mengulas peristiwa Penembakan Misterius (Petrus) di era Orde Baru dengan durasi singkat hanya 5 menit.

Sementara film ketiga, “On The Origin of Fear” (2017) karya Bayu Prihantoro Filemon, menceritakan tentang pengisi suara film Pengkhianatan G30S/PKI yang mengalami penekanan dalam menghayati perannya. Film docudrama ini mengajak penonton mempertanyakan kebenaran peristiwa masa lalu.

Dalam sesi diskusi, Benfa (Benediktus Fatubun) mengungkapkan pertanyaan yang menjadi inti acara, yaitu “apakah membunuh orang lain demi kekuasaan layak mendapatkan penghargaan?” Benfa juga mengapresiasi keberanian Ibu Svetlana dalam menyusun memori masa lalu.

Bahkan, Casio, mahasiswa IRB asal Brazil, menyatakan bahwa kekerasan HAM masa lalu di Indonesia lebih parah daripada di negara asalnya.

Ivonne Kani menambahkan bahwa film berfungsi sebagai “Medium Rekonstruksi,” yaitu sarana untuk merekonstruksi kembali cerita masa lalu dan menggunakannya untuk memperbaiki masa depan.

Diskusi kemudian ditutup dengan pernyataan dosen IRB, St. Sunardi, yang menyebut media film mampu mengobati rasa traumatis terhadap peristiwa masa lalu.

Kaprodi Kajian Budaya, Ibu Devi, juga menekankan pentingnya memelihara ingatan tentang peristiwa Penembak Misterius agar pembunuhan berlatar belakang kepentingan politik tidak terjadi kembali.

Laporan: Angga Riyon Nugroho | Editor: Kristoforus

Berita Terkait

Top