Mualem: Pengungsi Aceh Meninggal Bukan karena Banjir, Tapi Kelaparan | Pranusa.ID

Mualem: Pengungsi Aceh Meninggal Bukan karena Banjir, Tapi Kelaparan


FOTO: Menyoroti penuturan Gubernur Aceh, Muzakir Manaf terkait kondisi terkini para pengungsi yang terdampak banjir bandang. (Dok. Instagram.com/@muzakirmanaf1964)

BANDA ACEH – Gubernur Aceh, Muzakir Manaf atau yang akrab disapa Mualem, mengungkap fakta memilukan di balik bencana banjir bandang dan longsor yang melanda wilayahnya sejak akhir November 2025.

Ia menyebutkan ancaman kematian bagi para pengungsi kini bukan lagi semata karena terjangan air bah, melainkan akibat kelaparan yang mendera di pengungsian daerah terisolasi.

Pernyataan tersebut disampaikan Mualem setelah meninjau langsung kondisi di lapangan. Minimnya suplai logistik ke area pedalaman membuat kondisi pengungsi semakin kritis dan mendesak.

“Kondisi pengungsi sangat membimbangkan, mereka meninggal bukan karena banjir tapi karena kelaparan,” ungkap Mualem dengan nada prihatin.

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per Sabtu (6/12/2025) pukul 11.00 WIB, bencana ini telah menelan 345 korban jiwa, 174 orang masih hilang, dan lebih dari 3.500 warga terluka.

Kerusakan infrastruktur pun sangat masif, mencakup 115 ribu rumah, ratusan fasilitas umum, serta putusnya 312 jembatan di 18 kabupaten.

Distribusi Tidak Merata, Bantuan Menumpuk

Mualem menyoroti masalah utama penanganan bencana saat ini bukan pada kurangnya stok bantuan, melainkan distribusi yang tidak merata.

Ia menemukan fakta bahwa bantuan logistik justru menumpuk di satu lokasi atau posko utama, sementara desa-desa di pedalaman belum tersentuh bantuan sama sekali.

Wilayah yang paling membutuhkan pertolongan cepat antara lain Aceh Utara, Aceh Tamiang, Aceh Timur, dan Aceh Tengah.

“Sembako banyak bertumpuk karena akses, dan ini harus dipercepat distribusinya,” tegasnya. Ia menekankan agar koordinasi diperkuat agar bantuan segera bergerak ke tangan warga yang membutuhkan tenda, air bersih, dan makanan.

Minta Pesawat Hercules

Hancurnya infrastruktur, termasuk ambruknya 41 jembatan hanya di wilayah Aceh Utara saja, membuat jalur darat lumpuh total di beberapa titik.

Mualem menjelaskan bahwa daerah terisolasi tersebut hanya bisa dijangkau lewat jalur udara.

Namun, ia menilai armada helikopter yang ada saat ini tidak memadai karena kapasitas angkutnya yang kecil, hanya sekitar 1–2 ton.

Oleh karena itu, Pemerintah Aceh mendesak pemerintah pusat untuk segera mengirimkan bantuan armada pesawat Hercules.

“Kita perlu Hercules yang bisa membawa 5 sampai 6 ton agar suplai ke daerah terpencil lebih cepat,” ujarnya.

Meskipun lima alat berat dari Medan telah dikerahkan menuju Aceh Timur dan Aceh Utara untuk membuka akses, Mualem menegaskan bahwa kecepatan distribusi logistik via udara adalah kunci untuk mencegah bertambahnya korban jiwa akibat kelaparan.

Laporan: Judirho | Editor: Rivaldy

Berita Terkait

Top