Persoalan PJJ: Pentingnya Guru Membuka Komunikasi dengan Siswa
PRANUSA.ID- Acara Bintang Live (Rabu 25 November 2020) mengundang guru muda bernama Kr. Bagas Romualdi untuk berbincang – bincang seputar dunia pendidikan khususnya pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang sampai saat ini masih diterapkan di banyak daerah di Indonesia.
Lusiana Bintang Siregar sebagai pemandu acara dalam rangka Hari Guru tersebut mengutarakan beberapa permasalahan yang harus dihadapi peserta didik seperti tugas yang menumpuk dan membuat mereka akhirnya stres.
Bagas mengatakan bahwa pada umumnya guru memberikan tugas di samping sebagai instrumen untuk memberikan penilaian atas hasil belajar peserta didik, juga sebagai sarana melatih peserta didik itu sendiri. Namun, ia mengatakan bahwa design tugas ini memang harus banyak pertimbangan.
“Penilaian terhadap proses belajar seperti live assessment sebenarnya juga bisa menjadi alternatif cara menilai. Siswa yang aktif bertanya, menyampaikan pendapat atau menanggapi saat kelas daring, bisa mendapatkan nilai”, ujar Bagas
Selain itu ia juga mengusulkan untuk menerapkan esensial learning agar materi yang disampaikan kepada peserta didik adalah hal – hal yang memang esensial.
“Seperti sejarah misalnya. Saya mengajar materi tentang Revolusi Amerika dan Prancis di kelas XI. Bukunya sendiri memang ada. Tapi bayangkan jika semua proses kejadiannya saya sampaikan. Selain akan ada persoalan waktu, saya yakin bahwa siswa tidak akan mengingat itu semua. Kita ambil esensinya, itu yang dibagikan kepada siswa”, tambah Bagas.
Lusiana Bintang juga menyinggung soal komunikasi guru kepada peserta didik yang minim. “Hal kayak gitu membuat siswa jadinya enggan menindaklanjuti materi atau tugas dan melampiaskan dengan bermain game karena kesal tidak mendapat respon”, ungkap Bintang.
Bagas pun mengamini hal tersebut dan mengatakan bahwa hal itu memang perlu menjadi perhatian khusus. “Komunikasi ini kunci penting baik saat daring maupun luring. Terlebih saat daring, guru tidak boleh menutup diri dan juga jangan sampai tidak merespon sama sekali pertanyaan siswa. Respon guru akan membuat siswa tahu dia dihargai, didukung,” ujarnya.
Ia pun mengatakan biasanya memang ada oknum guru yang kemudian membuat pengaturan privasi chat WA tidak terlihat sudah membaca pesan.
“Jadi, seolah – olah (guru) itu memang tidak sempat untuk membaca pesan, padahal ya membaca dan tahu ada yang chat tapi ogah merespon. Itu komunikasi yang kurang tepat. Siswa sendiri jadinya malas untuk belajar dan bisa saja di kemudian hari melakukan hal yang sama,” kata Bagas.
Bintang pun kemudian mengatakan bahwa komunikasi yang baik akan membuat peserta didik nyaman untuk belajar. Di akhir sesi, Bagas pun menambahkan bahwa sinergisitas antara guru dan orang tua siswa adalah kunci penting untuk mendukung kelancaran PJJ.
(JSC/Pranusa)