Seorang Nakes Dipecat Usai Suarakan Insentif yang Belum Dibayar Pemerintah | Pranusa.ID

Seorang Nakes Dipecat Usai Suarakan Insentif yang Belum Dibayar Pemerintah


Ilustrasi: Relawan Tenaga Kesehatan Covid-19

PRANUSA.ID– Pada 5 Mei lalu, Jaringan Nakes Indonesia memberikan rilis kepada LaporCOVID-19 terkait insentif relawan tenaga kesehatan (nakes) RSDC Wisma Atlet yang belum dibayar sejak Desember 2020 hingga April 2021. Bahkan beberapa nakes disebut belum menerima insentif sejak November 2020.

Kemudian, pada 8 Mei, relawan nakes berencana menggelar konferensi pers untuk menyampaikan aspirasinya sekaligus hasil survei tentang insentif nakes. Namun konferensi pers ini batal digelar karena mereka mendapatkan sejumlah tekanan.

“Tidak dapat dipungkiri adanya kemungkinan mereka menandatangani dokumen penerimaan insentif di bawah tekanan. Ancaman terhadap mereka sebenarnya juga kerap kali terjadi sebelum ini,” dikutip dari Koalisi Warga untuk Keadilan Tenaga Kesehatan Indonesia.

Menurut data Jaringan Nakes Indonesia per 10 Mei 2021, kurang lebih ada 1.500 perawat yang belum menerima insentif November-Desember 2020. Sedangkan pada Januari 2021, sekitar 400 perawat yang belum menerima insentif.

Meskipun saat ini insentif tersebut akhirnya sudah dicairkan secara bertahap, namun cerita pilu harus dialami oleh Fentia Budiman, nakes di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet. Ia merupakan sosok yang memberanikan diri untuk menyuarakan hak pejuang tenaga kesehatan yang belum didapatkan selama berbulan-bulan dan ternyata ia sudah dipecat. 

“Aku dapat surat itu tanggal 10 Mei, tapi pencabutan ID Card itu sudah sejak 8 Mei pagi, aku enggak bisa lagi beraktivitas di RSDC. Tanggal 10 Mei jam 10 pagi aku dipanggil dan dikasih surat pemberhentian tugas,” kata Fertia dilansir dari Tirto pada Selasa (11/5/2021).

Fertia sendiri dikenal sebagai nakes berprestasi. Ia menerima sejumlah sertifikat penghargaan sebagai perawat teladan seperti dari Menkes Terawan, Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo, Kepala Pusat Kesehatan TNI, dan penghargaan dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) atas dedikasinya dalam penanganan pandemik. Ia bahkan menjabat sebagai Wakil Kepala Tim Perawat Tim Khusus Rawat Inap RSDC Wisma Atlet.

Suluh Perempuan menyesalkan keputusan pemecatan terhadap Fentia. Keputusan itu dianggap sebagai tindakan sepihak untuk membungkam suara tenaga kesehatan yang menuntut haknya padahal tenaga kesehatan telah bekerja mencurahkan pikiran, tenaga, dan waktunya untuk berjibaku mengambil risiko terpapar COVID-19.

“Suluh Perempuan menyesalkan keputusan sepihak RSDC dalam pe-murnatugasan saudara Fentia Budiman serta pengabaian atas kesungguhan dan darma baktinya bagi kemanusiaan,” kata Ketua Umum Suluh Perempuan Siti Rubaidah dalam keterangan tertulisnya pada Selasa (11/5/2021).

 

Laporan: Bagas R

Editor: Bagas R

Berita Terkait

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Top