Peringatan Hari Jadi 47 Tahun, FORBAT Ajak Diaspora Majukan Aceh Tenggara
Kabupaten Aceh Tenggara memperingati hari jadi yang ke 47 tahun pada hari ini, Sabtu (26/6/2021). Dimulai perjuangan pemekarannya pada tahun 1957 di Prapat Hulu, Aceh Tenggara resmi berdiri berdasarkan UU No. 4 tahun 1974 tentang Pembentukan Kabupaten Aceh Tenggara. Peresmian oleh Menteri Dalam Negeri H. Amir Machmud di Kutacane, menandai lepasnya Aceh Tenggara dari Kabupaten Aceh Tengah.
Kini memasuki usia baru, berbagai harapan pun turut disampaikan. Salah satunya dari Forum Batak Aceh Tenggara (FORBAT). Menyampaikan selamat hari jadi, FORBAT berharap Aceh Tenggara akan semakin sejahtera khususnya menuju usia emas pada 2024 mendatang.
“Dengan Hari Jadi Ke-47 Kabupaten Aceh Tenggara Metuah, Kita Gali Nilai Budaya dan Kearifan Lokal Menuju Masyarakat Sepakat Segenap yang Sejahtera” ujar Ramses Sitorus, Ketua Umum FORBAT kepada Pranusa.id.
Ramses mengaku bangga dengan Kabupaten Aceh Tenggara yang kehidupan sosial dan ekonomi masyarakatnya semakin berkembang. Keberagaman yang menjadi salah satu ciri pembeda Aceh Tenggara dengan wilayah lainnya di Nanggroe Aceh Darussalam pun diharapkan bisa menjadi kekuatan yang mendorong lebih banyak kemajuan.
Lebih jauh, ia berharap pemerintah semakin inovatif untuk memajukan Tanah Alas Metuah, khususnya dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Keunggulan insan Aceh Tenggara menurutnya akan menjadi kunci penting kemajuan dan upaya meningkatkan pendapatan asli daerah.
Agar semua bisa tercapai, kolaborasi dengan seluruh pihak termasuk diaspora Aceh Tenggara yang tersebar di berbagai belahan dunia, menurut Ramses harus dibangun segera. Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara pun diharapkan melakukan pemetaan dan membangun simpul sinergi dengan diaspora dan komunitas mereka di berbagai kota bahkan negara. Terlebih diaspora Aceh Tenggara menurutnya punya keberagaman yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan membangun daerah. Ini dipandang selaras dengan semangat Pancasila yang juga merupakan cerminan kearifan lokal masyarakat Aceh Tenggara.
“Mari menjaga Pancasila, kerukunan umat beragama dan mari membangun kampung kita sendiri. Khususnya bagi masyarakat Batak Aceh Tenggara, ini pesan untuk MARTABE. Aceh Tenggara adalah Huta, kita. Jadi mari bangun dan majukan bersama, sesuai visi Indonesia Maju 2045 mendatang” tandasnya.
Sebagai informasi, dalam sejarahnya Aceh Tenggara merupakan pemekaran dari Aceh Tengah. Saat pemekaran pada tahun 1974, wilayah Aceh Tenggara meliputi Kabupaten Gayo Lues saat ini. Pemekaran Aceh Tenggara diinisiasi secara resmi pada 6 Desember 1957 lewat terbentuknya panitia tuntutan rakyat Alas dan Gayo melalui sebuah rapat di sekolah MIN Prapat Hulu. Dalam kesempatan itu hadir 60 pemuka adat Adat dan Gayo lues yang menghasilkan dorongan pemindahan Ibu Kota Aceh Tengah dari Takengon ke Kutacane atau opsi kedua berupa pemekaran.
Tuntutan ini semakin membesar dengan rapat besar pada tanggal 18 Desember 1957 yang memilih T. Syamsuddin selaku pimpinan Gerakan pembentukan Kabupaten Aceh Tenggara. Kehadiran Lettu Syahadat pada tahun 1957 sebagai Kepala Staf Sektor VII KDMA membawa angin segar bagi upaya pembentukan Kabupaten Aceh Tenggara. Dalam perjalanan Gubernur Aceh kala itu, menunjuk Syahadat sebagai Kepala Perwakilan Kabupaten Aceh Tengah untuk Tanah Alas dan Gayo Luas di Kutacane, yang kemudian menyusun Program Pembangunan Aceh Tenggara. Syahadat pula kemudian menjadi Bupati pertama Kabupaten Aceh Tenggara, setelah pembentukannya direstui oleh negara.