Curiga ada Motif Politik, Tiongkok Tolak Penyelidikan Baru Asal-Usul Covid-19 | Pranusa.ID

Curiga ada Motif Politik, Tiongkok Tolak Penyelidikan Baru Asal-Usul Covid-19


(ilustrasi: detik.com)

PRANUSA.ID– Tiongkok menolak seruan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk melakukan penyelidikan baru mengenai asal-usul Covid-19. Negeri Tirai Bambu itu menekankan, mereka sepenuhnya mendukung penelitian ilmiah tetapi tidak dengan motif politik di balik penelitian tersebut.

WHO pada Kamis (12/08/2021), mendesak Tiongkok untuk transparan dalam membagikan data mentah tentang kasus-kasus awal Covid-19 di Wuhan. WHO mengklaim, data mentah itu diperlukan untuk menghidupkan kembali penyelidikan tentang asal-usul virus yang menyebabkan lebih dari 4 juta orang di dunia meninggal.

Tiongkok menuturkan, penyelidikan awal mengenai asal-usul covid-19 yang dilakukan pada Januari lalu dirasa sudah cukup. Menurut Tiongkok, seruan penyerahan data yang baru-baru ini disodorkan oleh WHO memiliki motif politik.

“Kami menentang penelusuran politik dan mengabaikan laporan bersama yang dikeluarkan setelah kunjungan tim ahli WHO ke Wuhan pada Januari. Kami mendukung penelusuran ilmiah,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Tiongkok Ma Zhaouxu, dilansir dari France24, Jumat, 13 Agustus 2021.

Ia menekankan, kesimpulan dan rekomendasi laporan bersama WHO-Tiongkok diakui oleh komunitas internasional serta komunitas ilmiah.

“Pekerjaan penelusuran global di masa depan harus dan hanya dapat dilakukan lebih lanjut berdasarkan laporan ini, daripada memulai yang baru,” ujar Ma.

WHO merilis hasil penyelidikan tentang asal-usul Covid-19 yang dilakukan bersama para ahli dari Tiongkok.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus sempat mengatakan penyelidikan asal-usul Covid-19 terhambat oleh kurangnya data mentah pada hari-hari pertama penyebarannya di Wuhan. Terkait hal tersebut, WHO meminta Tiongkok bekerja sama dan lebih transparan.

“Kami meminta Tiongkok untuk transparan dan terbuka serta bekerja sama (dalam penyelidikan asal-usul Covid-19). Kita berutang kepada jutaan orang yang menderita dan jutaan orang yang meninggal untuk mengetahui apa yang terjadi,” kata Ghebreyesus dalam konferensi pers pada 15 Juli lalu.

 

Laporan: Bagas R

Editor: Jessica C. Ivanny

Berita Terkait

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Top