Bedah Usil 3 Menteri Baru Jokowi | Pranusa.ID

Bedah Usil 3 Menteri Baru Jokowi


3 Menteri Jokowi

Kejutan di akhir tahun. Presiden Jokowi melakukan perombakan kabinet di tengah riuh pemberitaan politik seputar Front Pembela Islam beberapa waktu belakangan. Menyusul tertangkapnya Menteri Sosial dan Menteri Kelautan dan Perikanan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi, serta di tengah geliat pandemi Covid-19 yang sepertinya belum terkendali.

Munculnya 6 nama Menteri baru, sejatinya bukan sesuatu yang aneh. Sangat wajar sekaligus memang harus demikian, pasca tertangkapnya 2 menteri dalam Kabinet Presiden Jokowi. Pemerintahan perlu terus berlanjut dan kepemimpinan menjadi penting pada pos kementerian yang ditinggalkan. Pun begitu, dari beberapa nama yang muncul, ada 3 menteri baru yang tampak unik. Merepresentasikan kepentingan politik dan publik yang besar. Berikut beberapa catatan atas 3 sosok menteri baru pilihan Jokowi tersebut.

Budi Gunawan Sadikin, yang beberapa tahun terakhir jadi narasumber liputan pertambangan menimbulkan banyak pertanyaan. Latar belakangnya sama sekali tidak ada dari kesehatan. Namun melihat jejak rekamnya dari perbankan masuk ke BUMN sebagai Wakil Menteri dan kini menjadi Menteri Kesehatan, ada kesan menarik. Terutama terkait dengan kemampuan manajerialnya yang beberapa tahun ini mengawal divestasi saham PT Freeport Indonesia. Termasuk mengawal terbentuknya holding pertambangan yang berisi Inalum, Timah, Antam, Freeport, dan PTBA dan terbaru Vale. Membuat penguasaan BUMN terhadap sumberdaya dan cadangan nikel yang akan menjadi masa depan mobil listrik dunia, semakin kuat.

Harapannya, tentu saja Kementerian Kesehatan mengalami banyak perombakan dalam bergerak untuk mengatasi pandemi. Menata lebih baik manajemen kementerian, membereskan praktik komersialisasi kesehatan yang tak sehat, menata BPJS Kesehatan dan segudang isu manajerial lain. Sedikit, mungkin bisa menjembatani kepentingan riset dan teknologi kesehatan yang ditopang dari berbagai produk tambang mineral Indonesia.

Selanjutnya ada M Lutfi, mantan Menteri Perdagangan era SBY yang kembali ke posisi yang sama setelah sebelumnya menjadi Duta Besar di Amerika Serikat. Posisinya yang merupakan bagian dari jaring kabinet SBY, diharapkan tentu saja membuat benang merah politik istana dan Cikeas bisa lebih terbuka. Selain juga kepentingan untuk membangun soliditas menghadapi tahun-tahun politik yang semakin suram di tengah pandemi.

Yaqut Cholil Quoumas, anggota DPR yang juga pimpinan Banser NU ini adalah salah satu kunci melanjutkan agenda konsolidasi kekuatan politik. Setelah penunjukan Menteri Agama sebelumnya mendapat kritik dari NU, kembalinya porsi Kementerian Agama pada NU diharapkan makin memperkuat upaya penangkalan radikalisme. Agenda besar yang tampaknya belakangan makin menyeruak di ruang publik.

Tiga figur ini menarik dan istimewa dari sisi pembacaan politik. Sebab unsur ketiganya diharapkan banyak berkontribusi bagi stabilitas politik, perekonomian dan terutama isu kesehatan di tengah pandemi Covid-19.

Bagaimana dengan 3 menteri lainnya. Tentu saja menarik tapi entah mengapa tidak begitu terlihat istimewa. Sakti Wahyu Trenggono meski pernah menjadi bagian dari DPP PAN, lebih merupakan figur independen dan menjadi tim pemenangan Jokowi sejak Mbahnya Jan Ethes itu masuk dunia politik di Solo. Posisinya sebagai Wakil Menteri Pertahanan sebelum menggantikan Edhy Prabowo di Kementerian Kelautan dan Perikanan, tidak begitu terlihat. Namun sebagai profesional, jejak rekamnya sebagai pengusaha terbilang cukup berhasil.

Senada dengan itu, hadirnya Sandiaga Uno di kabinet Jokowi sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, lebih merepresentasikan kelihaian sebagai profesional. Ditopang, Sandiaga Uno yang pernah menjadi lawan tanding Jokowi di Pemilu, membuatnya sebagai tokoh Gerindra memang layak menjadi bagian dari kabinet sejak awal. Tentu diharapkan ada kontribusi lebih yang akan ditunjukkan.

Sementara Risma yang tengah menuntaskan kepemimpinannya di Surabaya setelah berhasil menuntaskan misi suksesi, tak lebih representasi Megawati Soekarnoputri dan PDIP. Meski memiliki jejak rekam berprestasi di Surabaya dan kancah global, Risma punya beban politik dari partai setelah kasus korupsi menjerat menteri sebelumnya. Sebagai Menteri Sosial, akan diuji ketangguhan Risma menata kementerian yang pernah ingin dibubarkan oleh Gus Dur ini. Termasuk menata dan mengembalikan kepercayaan publik terhadap partai yang diwakilinya setelah mendapatkan Golden Ticket dari Presiden Jokowi atau pun Megawati.

Hadirnya 3 menteri baru Jokowi yang diulas pertama bisa jadi upaya penguatan kabinet. Masuknya 3 menteri baru lainnya, selain memperbaiki yang sudah kadung bermasalah sekaligus mencegah timbulnya pelemahan baru. Strategi yang semoga efektif untuk menjaga keberlangsungan sisa pemerintahan Jokowi yang efektivitasnya tidak akan sampai 4 tahun lagi. Sekarang saja, pertarungan menuju 2024 sudah sangat ramai dan bahkan cenderung liar.

Selanjutnya, selamat membuktikan diri di hadapan publik. Kerja, Kerja, Kerja. Bukan untuk partai atau golongan, diharapkan untuk rakyat tentu saja.

 

Berita Terkait

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Top