Dianggap Tak Banyak Kerja oleh Rakyat, Ma’ruf Amin Akui Dirinya Bukan Wapres yang Atraktif
Laporan: Severinus THD | Editor: Jessica C.
PRANUSA.ID — Wakil Presiden (Wapres) RI Ma’ruf Amin menjawab berbagai anggapan dan pertanyaan dari masyarakat tentang keberadaannya yang dinilai tidak banyak berperan sebagai wakil presiden.
Ma’ruf mengakui, dirinya bukan merupakan wakil presiden yang atraktif dalam bekerja.
“Saya merasa bahwa mungkin banyak orang mengatakan bahwa saya tidak begitu banyak mengambil peran, misalnya itu dengan cara-cara sebagai wapres yang tampil lebih atraktif. Saya memang bukan tipe seperti itu,” katanya dalam sambutannya pada acara buka puasa bersama wartawan Istana Wakil Presiden di kediaman resmi Wapres di Jakarta, dikutip dari Antara, Senin (1/4).
Ia kemudian mengingat bagaimana jawaban yang ia berikan kepada wartawan di Singapura saat ditanya pada awal pelantikannya sebagai Wapres RI tentang bagaimana caranya bekerja mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Dan saya (waktu itu) mengambil filsafat saya, seperti bermain badminton, pasangan double (ganda). Ya kan. Bagaimana kita menjaga harmoni dengan pasangan. Saya suka main badminton, saya suka main bola. Jadi saya tahu bagaimana badminton yang baik. Bagaimana pasangan menempatkan posisi,” tuturnya.
Harmonisasi bekerja seperti pasangan ganda badminton atau bulu tangkis itu ia terapkan selama membantu Presiden Joko Widodo di Kabinet Indonesia Maju.
“Itu kalau pasangan ada di depan, tentu (yang satu) harus di belakang supaya bola (kok bulu tangkis) yang dilempar ke belakang ada (yang menjaga). Kalau dia (pasangan) ada di kanan, kita harus di kiri. Kalau di kiri, kita di kanan, sehingga tidak terjadi benturan,” jelasnya.
“Artinya masing-masing mengambil posisi sesuai dengan tugas-tugas yang memang diberikan. Itu saya kira yang saya jaga, sehingga bagaimana pemerintahan berjalan dengan baik. Jangan sampai ada salah pengertian, ada misunderstanding, sehingga terjadi konflik antara Presiden dan Wakil Presiden,” imbuhnya.
Dia menekankan bahwa tujuan Presiden dan Wakil Presiden adalah sama yakni mensejahterakan masyarakat.
“Dan apabila ada yang dianggap kurang memenuhi aspirasi publik, maka masyarakat boleh menyampaikannya melalui media untuk kemudian dibahas bersama mana yang terbaik,” ujarnya.
Dia juga menyampaikan bahwa dirinya selaku orang berlatarbelakang agamawan, selalu berusaha mengikuti langkah para nabi dalam melakukan perbaikan-perbaikan, yakni melakukan perbaikan yang sesuai kemampuan.
“Saya menggunakan sesuatu istilah melakukan perbaikan ke arah yang lebih baik secara berkelanjutan, tidak pernah berhenti dan tidak harus dilakukan oleh saya sendiri atau oleh pemerintahan yang sekarang. Perbaikan harus bisa dilanjutkan oleh pemerintah-pemerintah yang berikutnya,” kata Ma’ruf.
Dengan demikian pula, katanya, pergantian pemerintahan adalah keniscayaan dan estafet kepemimpinan bagian dari pola berbangsa dan bernegara.
“Dan dalam mencari (pemimpin) yang terbaik tentu terjadi perbedaan-perbedaan, Dan pemimpin itu kan memilih cara terbaik, demi membuat alternatif dari alternatif yang ada,” kata dia. (*)