KRL Tetap Beroperasi, Menhub: Rakyat Kecil Masih Harus Bekerja | Pranusa.ID

KRL Tetap Beroperasi, Menhub: Rakyat Kecil Masih Harus Bekerja


(Foto: liputan6.com)

PRANUSA.ID — Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menanggapi permintaan sejumlah kepala daerah mengenai penyetopan operasional kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek.

Permintaan tersebut sebelumnya disampaikan kepada pemerintah pusat lantaran beberapa penumpang kereta komuter tersebut diketahui positif terinfeksi virus corona atau Covid-19.

Budi Karya menolak permintaan tersebut. Dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi V DPR, ia menegaskan pemerintah untuk saat ini tidak akan menyetop operasional kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek.

“Saat ini KRL harus tetap dijalankan. Sebab, yang naik adalah rakyat kecil yang masih harus bekerja dan tidak work from home,” kata dia, dilansir dari Tempo.co, Rabu (6/5/2020).

Menurutnya, KRL sebagai angkutan dengan harga terjangkau harus tetap diaktifkan agar dapat melayani masyarakat, khususnya golongan ekonomi bawah.

Masyarakat kelas inilah yang dikhawatirkan Budi Karya bila operasional disetop. Mereka akan kesulitan jika harus menyewa angkutan eksklusif, seperti taksi dengan biaya yang relatif mahal.

Untuk itu, karena operasional KRL tetap berjalan seperti biasa, maka penting operator KRL, yaitu PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) memastikan penerapan dan pengetatan imbauan pemerintah soal penggunaan alat pelindung diri (APD) dan social distancing.

Tidak hanya penumpang, Budi Karya juga memastikan seluruh petugas yang berada di lingkungan stasiun maupun dalam kereta telah diperketat dan diawasi untuk menekan penyebaran virus corona.

Misalnya, penumpang kereta harus mengenakan masker dan petugas mesti melakukan pengecekan suhu tubuh penumpang. Bahkan, untuk mendeteksi suhu tubuh ratusan pengguna dalam waktu bersamaan, Budi Karya memastikan di sepuluh stasiun telah dipasang alat pemindai.

Di sisi lain, operator juga menyediakan wastafel tambahan di titik yang sering dilalui pengguna KRL di 40 stasiun dan sanitizer di dalam gerbong KRL.

Untuk penerapan social distancing sendiri merupakan upaya lanjutan dalam menekan kepadatan penumpang. Jadi, operator menerapkan prinsip jaga jarak fisik antar-penumpang.

Berdasarkan evaluasi PSBB DKI Jakarta, dari total kapasitas angkut yang saat ini dibatasi maksimal 35 persen atau 60 penumpang per kereta atau sebanyak 61.248 penumpang tiap rangkaian, rata-rata jumlah penumpang harian KRL cenderung menurun.

Pada saat jam sibuk, yakni pukul 08.00 WIB, jumlah penumpang pada semua lintas pelayanan mengalami penurunan dari 77.575 orang menjadi sekitar 55 ribu orang. Dapat dikatakan sejak PSBB dilaksanakan, jumlah penumpang KRL per hari tinggal 20 persen.

“Dari 1 juta per hari jadi 200 ribu,” pungkas dia. (*)

Penulis: Jessica Cornelia

Berita Terkait

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Top