Membuat Konten Dakwah Damai dan Bermanfaat di Ruang Digital
Pressrelease.id
PRANUSA.ID– Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyelenggarakan chip-in mengenai penguatan keterampilan digital masyarakat Indonesia bernama #MakinCakapDigital 2024 untuk segmen komunitas di wilayah Jawa Tengah dengan tema “Dakwah Damai di Ruang Digital” pada Selasa (21/5/2024).
Kali ini hadir pembicara program kegiatan Literasi Digital #MakinCakapDigital di tahun 2024 yang ahli di bidangnya untuk berbagai bidang antara lain Dosen Komunikasi dan Kepala PSMPB UAD Anang Masduki, Direktur Laboratorium Sosial dan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta Saeroni, dan Key Opinion Leader Habib Abu Bakar Syekh Assegaf.
Survei terbaru dari We Are Social dan Kepios 2022 menyebutkan, pengguna internet di Indonesia terus bertambah setiap tahunnya, kini bahkan mencapai 204 juta pengguna atau sudah digunakan oleh 73,7 persen penduduk Indonesia.
Sejumlah 80,1 persen penduduk Indonesia menggunakan internet untuk mencari informasi dan dapat menghabiskan waktu 8 jam 36 menit dalam satu hari menggunakan internet. Internet dapat menjadi peluang untuk membangun komunitas yang solid, menemukan rekan dengan kesamaan minat untuk membangun hal bermanfaat.
Dalam pemaparannya, Habib Abu Bakar Syekh Assegaf menjelaskan bahwa internet dapat menjadi wadah yang tepat untuk berdakwah karena banyaknya pengguna internet di Indonesia dan konsumsi waktu yang dihabiskan di dunia digital, sayangnya banyak konten negatif yang beredar di media sosial.
“Pandai dan bijak menggunakan media sosial untuk sesuatu yang bermanfaat, kenapa penting? Karena dapat memberikan contoh positif melalui konten yang positif salah satunya dengan dakwah,” jelas Habib Abu Bakar Syekh Assegaf.
Saeroni menambahkan, media sosial mempengaruhi proses produksi dan konsumsi informasi mengenai agama, tetapi juga pola persebaran paham keagamaan dalam hal ini liberal, moderat, konservatif, atau Islami.
Lebih lanjut, Anang dalam kesempatan yang sama menjelaskan bahwa aspek budaya beragama di era digital dapat disimpulkan melalui penanaman nilai kebersamaan dan kemanusiaan, literasi dan epistemik, lemah lembut (karima, layyina, ma’rufa), dan positif melihat teknologi.
Namun demikian, dakwah di era digital tidak lepas dari tantangan. Anang mencontohkan munculnya ustadz atau kyai dadakan sehingga membuat kepakaran akan ilmu menjadi hal yang dipertanyakan.
“Suka mengomentari keyakinan agama lain sekaligus benar sendiri, mengkafirkan, dan menggunakan kacamata kuda,” kata Anang.
Fenomena lain yang disorot oleh Anang adalah ustadz atau kyai yang memasang tarif salam tempel, menjual agama, mudah membagikan informasi hoaks yang provokatif, serta tidak mencerminkan kedamaian dengan menganut unsur radikal dan membawa ego ormas.
Oleh karena itu, Anang menyarankan netizen dalam hal ini netizen Muslim untuk bijak menggunakan internet dan media sosial. Caranya dengan cerdas dan hati-hati dalam berbagi, tidak mudah tertipu, jaga privasi, dan jadi teladan kebaikan.
Terakhir, Saeroni menyarankan strategi menjangkau audiens dakwah yang tepat di ruang digital. Dapat dilakukan dengan membuat judul yang edukatif, singkat dan. jelas. Menggunakan tagar atau hashtag yang sedang viral, mengikuti perkembangan terkini dan buat konten dari isu yang sedang viral.
Tidak lupa untuk membuat konten visual yang berkualitas menggunakan suara dan gambar yang bagus, istiqomah dengan membuat konten secara periodik, dan membangun silaturahmi dengan cara bangun interaksi dengan audiens, melalui kolom komentar, like dan share, dengan kreator konten lainnya.
“Kita harus bisa bertanggung jawab dalam memanfaatkan internet dan media sosial secara tepat, sesuai dengan norma dan etika. Seimbang dalam menjaga fitrah manusia sebagai makhluk sosial di era digital,” jelas Anang.
“Aman dari segala potensi kejahatan dan dampak buruk dari internet. Dapat menciptakan keseimbangan antara dunia maya dan dunia nyata. Inspiratif dengan mendorong pemanfaatan internet dan media sosial untuk hal-hal positif. Mampu mengembangkan sikap yang mengelola hak dalam mendapatkan akses informasi yang lebih luas dalam rangka meningkatkan kualitas hidup diri pribadi dan orang sekitarnya. Menciptakan ekosistem digital yang produktif sebagai wadah dan pengembangan daya cipta dan kreasi seperti membuat konten positif yang memiliki nilai manfaat bagi orang lain melalui kegiatan online mereka,” pungkas Anang.
Sebagai informasi, Webinar Makin Cakap Digital merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo). Adapun informasi lebih lanjut mengenai literasi digital dapat diakses melalui Website literasidigital.id atau akun Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Literasi Digital Kominfo dan Youtube Literasi Digital Kominfo.