Soal Harga Vaksin Covid-19, Erick Thohir: Tergantung Penjual | Pranusa.ID

Soal Harga Vaksin Covid-19, Erick Thohir: Tergantung Penjual


Menteri BUMN Erick Thohir. (OKEZONE)

PRANUSA.ID — Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Erick Thohir menyatakan, harga vaksin Covid-19 bukan ditetapkan oleh dirinya, melainkan kembali kepada para penjual.

“Harga itu dinamikanya tinggi, tergantung masing-masing penjual, yang tetapkan bukan saya, tapi penjualnya. Karena itu vaksin merah putih harus kita buat supaya kalau negara lain mau beli vaksin kita tetapkan harganya,” kata Erick dilansir Antara, Sabtu (5/9).

Menurut Erick, semua vaksin memiliki kualitas yang sama karena telah melalui tahap uji klinis ketiga.

“Kalau ditanya vaksin kenapa ada yang 5 dolar, 8 dolar, 20 dolar, kalau dibilang karena kualitas? Tidak juga, karena semuanya bagus, sudah uji klinis ketiga,” ujar pria yang juga menjabat sebagai Menteri BUMN itu.

Untuk itu, dia menyebut penyebab perbedaan harga vaksin tersebut adalah akibat biaya penemuan yang mahal atau kapasitas produksi yang rendah.

Sebagai informasi, Erick dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR di Jakarta, Kamis (27/8) lalu, mengumumkan bahwa Bio Farma telah bekerja sama dengan Sinovac China terkait bahan baku vaksin Covid-19.

“Harga vaksin ini untuk satu orang dua kali suntik kurang lebih harganya 25 dolar sampai 30 dolar AS (Rp 366.500 – Rp 439.800 ; kurs Rp 14.660), tapi ini Bio Farma lagi menghitung ulang,” jelasnya.

Bio Farma nantinya harus merogoh uang sebesar 8 dollar AS atau setara Rp 117.135 (kurs Rp 14.641) per dosis untuk membeli bahan baku vaksin virus corona jika berhasil diproduksi di akhir tahun 2020 [harga bahan baku vaksin].

Adapun kalkulasi harga perkiraan untuk membeli vaksin Covid-19 jika telah siap dipakai untuk imunisasi massal di Indonesia adalah sebesar Rp 25-30 dollar AS atau kisaran Rp 366.000 sampai Rp 439.000 [harga vaksin Covid-19].

Erick mengatakan ada dua skema rencana pemberian vaksin, yaitu subsidi (bantuan) pemerintah dan mandiri (berbayar).

Menurutnya, vaksin akan digratiskan pemerintah bagi yang memerlukan, termasuk dokter dan perawat.

Namun, bukan berarti vaksin yang akan disubsidikan oleh pemerintah adalah vaksin yang memiliki harga lebih murah.

“Apakah ketika vaksin yang menjadi bantuan pemerintah yang murah? Ya enggak juga. Negara hadir untuk rakyat. Pemerintah akan menggratiskan untuk yang memerlukan termasuk dokter dan perawat berdasarkan data,” ujar dia.

Lebih lanjut, Erick juga mengatakan bukan berarti pemerintah akan mengutamakan vaksin mandiri yang berbayar dibandingkan vaksin bantuan pemerintah.

“Tapi bukan berarti yang bayar didahulukan dari yang gratis, bukan. Nanti ada sinkronisasi jadwal data, jadi bukan juga diputarbalikkan seakan-akan pemerintah cari uang, tapi pemerintah punya gratis,” jelasnya.

Erick juga menyebut pihaknya telah mengomunikasikan kepada para pengusaha soal vaksin mandiri agar mereka juga tidak merasa diperas.

Pengusaha sendiri diminta Erick mendapatkan vaksin mandiri agar turut membantu menjaga keuangan negara.

“Kita ketemu Kadin, jangan juga mereka merasa diperas. Saya minta pengusaha jadi bagian yang mandiri,” imbuh Erick.

(Cornelia)

Berita Terkait

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Top