Ada yang Ganjil, Alokasi Anggaran Program Kartu Prakerja Tuai Kritikan Pedas
PRANUSA.ID — Program kartu prakerja kembali menuai ramai kritik dari partai-partai di parlemen. Beberapa anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bingung mengapa program dengan anggaran Rp 20 triliun tersebut dikelola oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Menurut anggota DPR dari Partai Amanat Nasional, Saleh Partaonan Daulay, apabila pekerjaan teknis digarap Kemenko Perekonomian bisa saja menimbulkan berbagai prasangka tidak baik.
“Ada apa ini? Bisa saja muncul prasangka-prasangka tidak baik,” ujar Daulay dilansir dari Tempo.co, Minggu (3/5/2020).
Netty Prasetiyani, anggota DPR dari Partai Keadilan Sejahtera senada dengan Daulay. Menurutnya, mereka akan sulit mengawasi pelaksanaan program kartu prakerja karena Kemenko Perekonomian tidak memiliki mitra kerja di DPR.
“Ini keanehannya. Program dengan anggaran Rp 20 triliun diletakkan pada Kemenko Perekonomian yang tidak punya mitra,” kata Netty Prasetiyani.
Kritikan memuncak ketika program prakerja diketahui melibatkan Ruangguru, perusahaan milik mantan Staf Khusus Presiden Jokowi, Adamas Belva Syah Devara sebagai penyedia layanan pelatihan daring.
Ruangguru dan tujuh penyedia layanan lainnya, kata Direktur Utama Pelaksana Kartu Prakerja Denni Purbasari, ditunjuk pemerintah tanpa melalui tender atau lelang.
Sementara dari total anggaran Rp 20 triliun, besar anggaran yang dialokasikan untuk pelatihan daring ini memakan Rp 1 juta (per satu peserta) atau Rp 5,6 triliun.
Tak berhenti, publik kembali dibuat geram. Pasalnya, program prakerja yang kata pemerintah hanya diperuntukkan kepada mereka yang kehilangan pekerjaan akibat pandemi Covid-19 belakangan justru membuka jalur bagi masyarakat yang telah memiliki pekerjaan.
Sebut saja pendiri portal Gresnews, Agustinus Edy. Meski dia mengisi formulir pendaftaran dengan mencantumkan masih memiliki pekerjaan justru lolos dan terpilih menjadi peserta program prakerja.
Agustinus sendiri mengaku bahwa awalnya program kartu prakerja tersebut hanya ingin diujinya. Benarkah program tersebut tak lebih dari transaksi jual-beli konten dengan menggunakan anggaran negara.
Membuang biaya sebesar Rp 220 ribu di Skill Academy untuk mengambil paket pelatihan jurnalistik menulis naskah berita membuat dia melompat ke bagian tes tanpa mengikuti kelas video. Agustinus mendapatkan certificate of excellence yang ditandatangani CEO Ruangguru, Belva Devara.
Publik kian geram karena program pelatihan daring memiliki banyak kelas, dari memancing dan kelautan yang dibanderol Rp 799 ribu, kelas menjadi Youtuber bagi pemula, pelatihan pengelolaan masjid, pengetikan dasar Ms.Word, dan lainnya.
“Sayang sekali dana sebesar Rp 5,6 triliun untuk pelatihan itu terbuang begitu saja dalam jangka pendek.” jelas Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Abra P.G. Talattov.
Menurutnya, program pelatihan daring tak relevan diberikan kepada korban pandemi Covid-19. Seharusnya, dana pelatihan tersebut dialihkan menjadi bantuan langsung tunai atau bantuan sosial saja.
Keganjilan dalam proses kerja sama dengan platform kartu prakerja semakin tampak ketika beredar data pengguna program pelatihan yang ditengarai berasal dari Kemenko Perekonomian di media sosial.
Jumlah peserta yang membeli pelatihan daring adalah sebanyak 231.975 peserta dari total 456.265 penerima Prakerja gelombang I dan II. Harga rata-rata per transaksi adalah sebanyak Rp 520 ribu sehingga total nilai transaksinya mencapai Rp 120 miliar.
Data tersebut diklarifikasi seorang pengelola provider pelatihan, namun sejumlah pejabat di Kemenko Perekonomian tak merespons konfirmasi tersebut.
Berdasarkan data itu pula, keuntungan paling besar ditengarai diraup Ruangguru. Perusahaan tersebut mendapat Rp 89,9 miliar atau 68,9 persen dari keseluruhan transaksi dengan jumlah transaksi Ruangguru sendiri sebanyak 121.286 transaksi.
Ekonom Indef Bhima Yudhistira menghitung, dengan asumsi 20 persen komisi dari Rp 5,6 triliun, maka ada Rp 1,12 triliun yang akan masuk ke provider. Di akhir pelaksanaan program Prakerja, keuntungan mereka bisa mencapai Rp 771 miliar dari Rp 1,21 triliun jika sebanyak 68,9 persennya masuk ke Ruangguru.
“Dari awal sudah bisa ditebak ada yang ganjil dalam proses kerja sama platform Kartu Prakerja,” pungkas Bima. (*)
Penulis: Jessica Cornelia