Efek Covid, RI Terancam Jadi Negara dengan Pendapatan Menengah Bawah Lagi
PRANUSA.ID– Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) memproyeksikan Indonesia akan kembali masuk dalam kategori negara berpendapatan menengah bawah atau lower middle income country karena dampak besar dari COVID-19.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa dalam konferensi pers virtual perkembangan ekonomi Indonesia di Jakarta, Selasa (06/07/2021).
“Dengan keadaan yang kita alami di masa pandemi (pertumbuhan ekonomi) ini terkoreksi,” kata Suharso .
Suharso memang mengutarakan pertumbuhan ekonomi tahun 2020 sendiri sudah mengalami kontraksi sebesar 2,07 persen. Di samping itu, ia menuturkan produk domestik bruto (PDB) per kapita dan Pendapatan Nasional Bruto atau Gross National Income (GNI) per kapita Indonesia mengalami penurunan pada 2020.
Dalam paparannya, PDB per kapita mencapai Indonesia pada 2020 menurun menjadi 3.911,7 dolar AS dari 2019 mencapai 4.174,9 dolar AS. Sedangkan GNI per kapita pada 2020 mencapai 3.806 dolar AS atau turun dari 2019 mencapai 4.047 dolar AS.
Padahal, lanjut dia, pada akhir 2019, Indonesia berhasil masuk negara berpendapatan menengah atas atau upper middle income country dengan pendapatan di atas 4.046 dolar AS.
“Apabila tingkat pertumbuhan 2021 bisa mencapai 4,5-5,5 persen dan tahun depan 5 persen maka kita akan kembali di atas 4.000 dolar hingga masuk lagi upper middle income country,” imbuhnya.
Dengan pertumbuhan ekonomi 5 persen per tahun, lanjut dia, Indonesia diperkirakan kembali menjadi upper middle income pada 2022.
Meski begitu, kata dia, dengan pertumbuhan ekonomi tergerus dan hanya sampai 5 persen, maka tidak cukup untuk melepaskan diri dari kategori jebakan negara berpendapatan menengah atau middle income trap sebelum 2045.
“Itu jauh sekali bahkan 2045 kita belum bisa mencapai di atas 12 ribu dolar,” katanya.
Namun, Suharso kemudian memastikan kontraksi ekonomi RI pada 2020 masih lebih minimal dibandingkan negara lain di antaranya Amerika Serikat yang minus 3,5 persen, Filipina minus 9,5 persen dan Meksiko minus 8,3 persen.
Laporan: Jessica C. Ivanny
Editor: Bagas R