Erupsi Gunung Anak Krakatau dan Ingatan Tragedi Letusan Dahsyat Tahun 1883 | Pranusa.ID

Erupsi Gunung Anak Krakatau dan Ingatan Tragedi Letusan Dahsyat Tahun 1883


Foto ilustrasi/Merdeka.com

PRANUSA.ID- Situs MAGMA Indonesia (magma.esdm.go.id) menyatakan bahwa telah terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau pada Jumat (10/4)  pukul 22.35 WIB.

Fahrul Roji, petugas yang melaporkan kejadian tersebut mencatat tinggi kolom abu kurang lebih mencapai 500 meter di atas permukaan laut.

“Terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau pada hari Jumat, 10 April 2020, pukul 22:35 WIB dengan tinggi kolom abu teramati ± 500 m di atas puncak (± 500 m di atas permukaan laut),” tulisnya.

Kompas.com dalam laporannya mengatakan bahwa warga dari Jakarta hingga Bogor mendengar dentuman aneh yang mereka duga terkait dengan erupsi tersebut. 

Hal tersebut kemudian diamini oleh salah satu warga Bogor yang bernama Hendrik Setia Lesmana. “Saya mendengar dentuman yang sangat jelas. Semoga semuanya baik – baik saja”, ucapnya.

Erupsinya Gunung Anak Krakatau jelas saja membuat banyak masyarakat geger. Selain diduga menghasilkan dentuman yang terdengar sampai Bogor, erupsi tersebut juga terkait erat dengan memori masa lalu dimana induk Krakatau pernah mengamuk dengan dahsyat pada tahun 1883.

Para ilmuwan menyatakan letusan dahsyat Gunung Krakatau pada Senin, 27 Agustus 1883 itu bahkan kekuatannya setara dengan 100 megaton bom nuklir, atau setara 13.000 kali kekuatan bom atom yang meluluhlantakkan Hiroshima dan Nagasaki.

Tercatat, bencana besar itu berawal pada Minggu, 26 Agustus 1883, pukul 12.53, letusan permulaan menyemburkan awan gas yang bercampur material vulkanik setinggi 24 kilometer di atas Gunung Perboewatan.

Klimaksnya adalah ledakan super dahsyat yang terjadi pada Senin, 27 Agustus 1883 pukul 10.02 pagi. Gelegarnya terdengar hingga Perth, Australia yang jaraknya 4.500 kilometer.

Empat ledakan dahsyat yang terjadi membuat tuli orang-orang yang berada relatif dekat dengan Gunung Krakatau.

Tak hanya letusannya yang dahsyat, meletusnya Gunung Krakatau menimbulkan tsunami yang melibas pesisir pantai barat Banten, dari Merak, Anyer, Labuan, Panimbang, Ujung Kulon, hingga Cimalaya, di Karawang, jawa Barat. Ketinggiannya disebut – sebut mencapai 40 meter dan menewaskan ribuan orang.

Sejumlah laporan pun menyebutkan korban letusan Krakatau saat itu mencapai 120 ribu. Kerangka-kerangka manusia ditemukan mengambang di Samudra Hindia hingga pantai timur Afrika sampai satu tahun setelah letusan.

Setelah ledakan yang menghancurkan tubuh Gunung Krakatau tersebut, tahun 1929 anaknya (Gunung Anak Krakatau) tumbuh ke permukaan.

Sejak munculnya di permukaan laut pada 1929 hingga saat ini, pertumbuhan Gunung Anak Krakatau terbilang cepat. Selama 80 tahun, sampai dengan 2010, tingginya sudah mencapai 320 m dpl, estimasi percepatan pertumbuhannya rata-rata 4 m per tahun.

(Kris)

Berita Terkait

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Top