Perang Gaza Dan Pertaruhan Politik Netanyahu
Oleh: Achmad Fahad | Penulis – Menggemari Dunia Politik Termasuk Geopolitik Global
KOLOM– Pada awal bulan Oktober tahun 2023, dunia dikejutkan dengan pecahnya konflik di Timur Tengah yang tidak pernah diduga sebelumnya oleh berbagai pihak termasuk badan-badan intelijen barat.
Ketika negara-negara barat termasuk NATO dan Amerika Serikat sedang sibuk membantu Ukraina dalam konflik terbuka dengan Rusia yang telah berlangsung lebih dari satu setengah tahun, dan sampai saat ini, sepertinya masih belum terlihat adanya tanda-tanda konflik tersebut akan mereda atau berakhir dengan gencatan senjata.
Kemudian pada hari Sabtu pagi, tanggal 7 Oktober 2023 para pejuang Palestina yang menguasai wilayah Jalur Gaza secara mengejutkan melancarkan serangan besar-besaran ke wilayah Israel dengan menggunakan ribuan roket yang ditembakkan dari beberapa tempat yang berada di Jalur Gaza.
Tidak cukup sampai di situ, para pejuang Palestina juga melakukan penyerbuan langsung ke dalam wilayah Israel dengan cara menjebol dinding pembatas yang dibangun oleh pemerintah Israel dengan menggunakan buldozer, serta beberapa pejuang Palestina lainya menggunakan paragliding untuk masuk ke wilayah Israel melalu jalur udara.
Setelah berhasil menjebol dinding pembatas yang selama ini memisahkan wilayah Israel dan Jalur Gaza. Para pejuang Palestina yang berjumlah ratusan orang mulai menyebar dengan cepat serta melakukan serangan ke pos-pos keamanan yang berada di dalam wilayah selatan Israel.
Tidak hanya itu, para pejuang Palestina juga masuk ke dalam rumah-rumah warga yahudi dan melakukan penangkapan terhadap ratusan warga sipil Israel. Warga sipil yang berhasil ditangkap oleh para pejuang Palestina, segera dibawa menuju ke Jalur Gaza untuk dijadikan sebagai sandera yang akan digunakan sebagai alat tawar dan alat tekan.
Serangan pada hari Sabtu pagi itu seolah menunjukkan kepada negara-negara Arab, bahwa negara Israel yang notabena disebut-sebut sebagai negara terkuat di kawasan Timur Tengah, ternyata dapat dengan mudah ditembus oleh para pejuang Palestina.
Bahkan Iron Dome yang menjadi kebanggaan dari pemerintah serta militer Israel untuk melindungi negara Israel dari ancaman serangan roket pejuang Palestina, ternyata juga gagal dalam menjalankan fungsi dan tugasnya.
Ribuan roket yang ditembakkan dari Jalur Gaza ternyata berhasil menerobos perlindungan Iron Dome yang akhirnya menghujani serta menghancurkan beberapa kota, desa, juga fasilitas publik yang berada di wilayah Israel.
Penyerangan kali ini merupakan kejadian terburuk yang menimpa negara Israel. Di samping menimbulkan kerugian materi yang nilainya tidak sedikit, juga jatuhnya korban jiwa dari warga sipil Israel yang mencapai ribuan orang.
Serangan yang dilakukan secara tiba-tiba dan mengejutkan ini membuat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu seakan terlihat tidak berdaya dalam mengantisipasi serangan yang akan terjadi dari para pejuang Palestina di Jalur Gaza.
Mengingat selama ini, negara Israel begitu membanggakan dinas intelijennya yang diklaim merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Namun pada kenyataannya, Mossad tidak dapat memprediksi atau bahkan tidak tahu sama sekali jika akan terjadi serangan pada hari Sabtu pagi yang mengguncang negara Israel.
Pukulan serta serangan yang mengejutkan dari para pejuang Palestina ini telah membuat pamor Perdana Menteri Israel langsung menurun drastis di hadapan rakyatnya, yang menganggap dirinya telah gagal dalam menjamin keamanan warga yahudi yang bermukim di wilayah pendudukan Israel.
Untuk menutupi rasa malu serta ketidakberdayaan pemerintahannya dalam menghadapi para pejuang Palestina yang telah memporak-porandakan wilayah Israel, serta berhasil menculik ratusan warga sipil Israel termasuk diantaranya terdapat beberapa tentara IDF.
Akhirnya, Perdana Menteri Israel memerintahkan serangan besar-besaran dengan menggunakan jet temput ke wilayah Jalur Gaza untuk menumpas para pejuang Palestina. Tidak cukup sampai di situ, Benjamin Netanyahu juga memutus aliran listrik, pasokan air bersih, dan juga bahan makanan, serta BBM bagi warga sipil Palestina yang tinggal di wilayah Jalur Gaza.
Serangan udara dari pasukan Israel ternyata tidak menarget para pajunag Palestina yang dituduh sebagai dalang terhadap serangan paling merusak ke wilayah Israel. Pada kenyataannya, pasukan Israel atau yang biasa disebut IDF sebenarnya tidak mengetahui atau memiliki informasi di mana para pejuang Palestina itu bersembunyi.
Demi memperbaiki citra yang telah rusak, serangan udara yang dilakukan oleh militer Israel akhirnya menarget warga sipil Palestina yang tidak berdosa. Jet-jet tempur Israel dengan membabi-buta menembakkan rudal ke rumah-rumah warga sipil Palestina dan kamp-kamp pengungsian.
Tidak hanya itu, beberapa rumah sakit yang ada di wilayah Jalur Gaza juga dengan sengaja menjadi target serangan dari rudal jet-jet tempur Israel. Dalam waktu singkat, ratusan bahkan ribuan orang Palestina meninggal dunia akibat serangan brutal dari pasukan Israel kepada warga sipil yang berada di wilayah Jalur Gaza. Banyak di antara para korban yang meninggal adalah anak-anak dan balita akibat keganasan serangan udara Israel.
Ketika warga sipil Palestina yang sudah tidak berdaya serta terhimpit oleh berbagai penderitaan akibat blokade total yang dilakukan oleh pemerintah Israel. Pada saat yang sama, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sedang mempersiapkan pasukannya dalam jumlah besar untuk melakukan serangan darat dengan masuk ke wilayah Jalur Gaza.
Dan benar saja, pasukan darat Israel yang didukung oleh kendaraan tempur lapis baja, beserta tank-tank Merkava bergerak memasuki wilayah Jalur Gaza dari arah utara untuk memburu serta membunuh para pejuang Palestina yang dianggap paling bertanggung jawab terhadap serangan ke wilayah Israel.
Apakah pasukan darat Israel berhasil membunuh para pejuang Palestina dan membebaskan para sandera yang ditawan?
Jawabannya adalah “Tidak” pasukan darat Israel malah sebaliknya, banyak mendapat serangan secara tiba-tiba dari para pejuang Palestina saat menginjakkan kaki di wilayah Jalur Gaza. Banyak dari pasukan darat Israel yang tewas dan juga terluka parah akibat serangan dari para pejuang Palestina.
Kendaraan lapis baja beserta tank Merkava yang menjadi andalan dan kebanggana militer Israel juga hancur akibat serangan roket dari para pejuang Palestina.
Pada saat yang sama, serangan yang membabi-buta dari jet-jet tempur Israel masih terus menggempur wilayah Jalur Gaza dan dengan sengaja menargetkan warga sipil Palestina yang keadaanya sudah sangat memprihatinkan.
Dan sekarang, ditambah lagi dengan dilancarkannya serangan darat secara besar-besaran yang pasti akan menghancurkan warga sipil Palestina yang tidak berdosa.
Seakan Benjamin Netanyahu ingin memberi pesan kepada warga Palestina yang masih bermukim di wilayah Jalur Gaza untuk segera pergi meninggalkan tanah airnya, atau akan hancur oleh serangan rudal dan pasukan darat Israel yang sedang merangsek masuk ke wilayah Jalur Gaza.
Dan pilihan buruk berikutnya bagi warga Palestina adalah mati kelaparan karena sudah tidak tersedianya lagi bahan makanan, tidak berfungsinya lagi beberapa fasilitas penunjang kehidupan seperti rumah sakit dan fasilitas kesehatan yang dengan sengaja dihancurkan oleh pasukan Israel.
Dengan semakin berlarut-larutnya pertempuran terbuka antara pasukan Israel dan para pejuang Palestina di wilayah Jalur Gaza, maka tekanan kepada Perdana Menteri Netanyahu juga akan semakin meningkat.
Ditambah lagi dengan semakin banyaknya kebohongan-kebohongan yang mulai terungkap ke publik, pasti akan semakin mencoreng citra pemerintahan Partai Likud sayap kanan yang saat ini sedang berkuasa.
Belum lagi rekaman serta gambar-gambar kekejaman dari serangan udara Israel yang berdalih untuk melindungi diri, akan tetapi pada kenyataannya, malah membantai warga sipil Palestina yang kini korbannya telah menyentuh di angka 11.000 orang dan lebih dari 4.000 korban kekejaman Israel adalah anak-anak yang tidak berdosa.
Bagi Israel perang ini akan sangat menentukan bagi kelangsungan pemerintahan Benjamin Netanyahu ke depannya. Jika pemerintah Israel sampai gagal dalam menumpas kelompok perlawanan pejuang Palestina, maka posisi kabinet Netanyahu akan semakin berada di ujung tanduk.
Ada dua poin penting yang bisa membuat pemerintahan Perdana Menteri Netanyahu akan jatuh di tengah jalan. Dan dua poin penting itu ada dalam genggaman para pejuang Palestina atau yang biasa disebut dengan Hamas.
Pertama adalah waktu, semakin berlarut-larutnya konflik antara Israel dan pejuang Palestina akan semakin memperburuk citra negara Israel di mata dunia internasional.
Beberapa sekutu dekat negara Israel yang selama ini mendukung dilancarkannya agresi ke wilayah Jalur Gaza, kini satu per satu mulai menentang dan ingin segera diadakannya gencatan senjata.
Amerika Serikat sebagai sekutu terdekat Israel yang sejak awal mendukung serta membela agresi militer Israel yang dilakukan ke wilayah Jalur Gaza, sekarang mulai melunak dan berharap agar dibuka pembicaraan antara kedua belah pihak untuk segera menghentikan tragedi kemanusian yang sedang terjadi di wilayah Jalur Gaza.
Jika pemerintah Israel pada akhirnya menyetujui gencatan senjata dengan para pejuang Palestina, maka itu berarti kekalahan bagi negara Israel dan terutama pemerintahan sayap kanan Netanyahu.
Kedua adalah pembebasan sandera warga sipil Israel. Jika penyerbuan pasukan darat Israel yang kini sudah masuk ke dalam wilayah Jalur Gaza tetap tidak bisa menemukan atau membebaskan sandera yang ditawan oleh para pejuang Palestina. Ini juga merupakan pukulan serta kekalahan telak bagi pemerintahan Netanyahu yang sedang berkuasa saat ini.
Jika nantinya terjadi kesepakatan antara para pejuang Palestina dengan pemerintah Israel tentang pertukaran sandera. Itu juga merupakan sebuah kekalahan bagi negara Israel, karena para pejuang Palestina akan meminta lebih banyak warga Palestina untuk dibebaskan dan diganti dengan satu sandera dari warga sipil Israel.
Dan bisa saja, Hamas akan terus menaikkan jumlahnya sebagai alat tekan dan tawar kepada pemerintah Israel agar mau membebaskan lebih banyak lagi warga Palestina yang saat ini sedang ditahan di penjara-penjara Israel.
Dan yang lebih buruk, jika para pejuang Palestina akhirnya memutuskan untuk membunuh para sandera warga sipil Israel yang saat ini sedang ditawan sebagai bentuk tekanan kepada pemerintah Israel agar menghentikan pembantaian terhadap warga sipil Palestina yang tidak berdosa.
Jika hal itu sampai terjadi, maka warga sipil Israel akan semakin marah dan tidak percaya lagi kepada pemerintahan Netanyahu yang dianggap telah gagal dalam menyelamatkan para sandera serta melindungi warga Israel dari bahaya dan ancaman.
Bisa dipastikan, pemerintahan Netanyahu beserta kabinetnya akan jatuh jika sampai gagal dalam upaya membebaskan para sandera yang sedang ditawan oleh para pejuang Palestina dalam keadaan hidup.