Belajar Tenang Menghadapi Pandemi | Pranusa.ID

Belajar Tenang Menghadapi Pandemi


Lusiana Bintang Siregar, M.Psi., Psikolog (Dok. Pribadi)

PRANUSA.ID — Beberapa waktu ini mungkin banyak dari kita yang merasa gelisah di tengah pandemi Covid-19. Berbagai pemberitaan dan banjir informasi di sosial media turut mempengaruhi pikiran kita.

Ya, situasi Jakarta bahkan Indonesia saat ini sedang berjuang untuk memerangi virus Covid-19. Berbagai situasi muncul merespon pandemi ini.  Di beberapa  wilayah terjadi kepanikan sosial seperti penolakan pasien terindikasi Covid di beberapa unit kesehatan, penolakan jenazah, hingga pengusiran terhadap tenaga kesehatan dari kontrakan. Meski juga banyak pihak mulai tergerak untuk saling membantu. Semua saling mengingatkan dan bahu-membahu untuk membantu pasien, mengembangkan gerakan masyarakat untuk peka terhadap kebersihan, juga kepedulian terhadap tenaga medis yang sudah merawat dan harus jauh dari keluarga. Ada juga gerakan membantu masyarakat yang kesejahteraannya menurun dikarenakan dampak gejolak ekonomi.

Kehidupan selalu berimbang, dampak lain yang dirasakan dalam situasi memerangi Covid-19 ini adalah hal-hal yang negatif. Dampak dari segi pekerjaan, seorang bisa berhenti sementara dari pekerjaan karena adanya pembatasan pertemuan antar pribadi sehingga masing-masing tempat kerja membuat kebijakan Work From Home (WFH). Bagi sebagian kantor tidak dapat memberikan gaji kepada karyawannya dikarenakan tidak ada aktivitas produksi dalam beberapa waktu. Hal ini akan berdampak juga terhadap kehidupan ekonomi dari masing-masing karyawan dan keluarganya. Dari segi pendidikan, siswa diberikan tugas-tugas melalui media-media whatsapp, email, video, dan mengharuskan tiap rumah atau minimalnya tiap rumah memiliki akses internet sehingga dapat mengakses tugas. Dari segi kehidupan sosial budaya juga menjadi terganggu, ada yang pernikahannya ditunda bahkan dibatalkan.

Beberapa dinamika dampak di atas memicu hadirnya gejala-gejala yang lebih dalam yaitu dari segi psikis. Pada masa ini wajar jika sering merasa bingung, sedih, khawatir dan marah. Jika emosi ini berkepanjangan dan tidak dapat dikelola maka menimbulkan gangguan-gangguan psikologis, yaitu gangguan kecemasan, gangguan panik, gangguan psikosomatis (merasa dirinya sakit, lalu muncul batuk, sesak dan lainnya), juga ada resiko gangguan OCD (seseorang cenderung melakukan sesuatu berulang-ulang) dan lainnya.

Untuk diketahui, kondisi sehat mental menurut WHO adalah ketika seseorang dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan mandiri, dapat mengambil keputusan dan mengenali potensi diri, dapat produktif dan bekerja menghasilkan sesuatu, serta dapat memiliki kemampuan berinteraksi dengan orang lain di lingkungannya.

Bila aspek-aspek ini masih dimiliki, maka tidak perlu ada kekhawatiran. Sebab perasaan bingung, cemas, marah, stres hanya bersifat sementara. Perasaan ini bisa saja muncul karena terlalu banyak menyerap berita tentang Covid-19 tanpa jeda.

Sebaliknya, seorang yang mengalami gangguan psikologis atau memiliki resiko tidak sehat mental, bila kemampuannya untuk mandiri melakukan aktivitas sehari-hari sudah terganggu. Misalnya, tidak nafsu makan, kesulitan beberes diri, takut tidur sendiri, cenderung pesimis dan selalu berfikir negatif. Selain itu biasanya cenderung tertutup untuk mengekspresikan emosi dan mulai menghindari lingkungan sosial.

Kalau Anda merasakan gejala yang mengarah kepada kondisi tidak sehat mental karena pandemi, baiknya tenangkan diri. Berikut beberapa hal yang bisa Anda lakukan pada masa Pembatasan Sosial Skala Besar ini untuk menjaga kesehatan mental :

  1. Tentukan jeda waktu anda dalam menonton, membaca atau mendengarkan berita dan info tentang covid-19. Pilihlah hanya beberapa sumber yang dapat dipercaya sebagai landasan informasi.
  2. Tanamkan ke pikiran dan perasaan bahwa anda dapat menerima kondisi adanya pandemik covid-19 dan perubahan aktivitas.
  3. Catat kegiatan yang anda senangi dan tentukan yang dapat anda lakukan baik sendiri maupun bersama keluarga. Bila anda sehat, maka keluarga juga akan sehat. Buatlah daftar yang berbeda tiap harinya.
  4. Manfaatkan situasi ini untuk berkumpul dengan keluarga lebih lama dimulai dari hal kecil, misal membentuk kebiasaan berpelukan sesaat setelah bangun tidur atau sebelum tidur.
  5. Beberapa situasi dapat diciptakan. Memindahkan kebiasaan nongkrong di coffee shop ke rumah dengan membuat kopi dan menempatkan beberapa kursi lalu bercerita bersama keluarga.
  6. Membuat list keluarga atau teman yang jarang bertemu atau berkomunikasi, bisa disapa melalui telepon
  7. Catat beberapa hal positif yang Anda temui di hari itu. Kegiatan ini juga bisa disharingkan dalam keluarga. Kegiatan ini akan meningkatkan kepekaan untuk bersyukur.

Khusus untuk orang tua, salah satu hal yang kerap membuat mereka kewalahan dalam situasi ini adalah bagaimana memberi pengertian kepada anak-anak.Untuk itu, beberapa tips berikut patut Anda pertimbangkan:

  1. Menjelaskan tentang covid-19 dan dampaknya terhadap keluarga. Misalnya mengapa harus belajar dan bekerja dari rumah, mengapa penting untuk mencuci tangan dan merawat kesehatan, dan lainnya.
  2. Bertanya kepada anak apa yang ia ketahui tentang covid-19 dan berusaha untuk meluruskan pemikiran yang salah.
  3. Ketika melakukan kegiatan aktivitas kebersihan di rumah, termasuk mencuci tangan, pastikan anak-anak diajak serta supaya mereka bisa mencontoh .
  4. Bagi anak-anak, maka orang tua bisa mencari beberapa ide permainan atau kegiatan lain yang dapat dilakukan di rumah agar tidak jenuh.

Pada akhirnya ada banyak hal yang dapat Anda lakukan pada situasi ini. Membangun kebiasaan baru untuk menjaga kebersihan dan kesehatan, memiliki waktu banyak bertemu keluarga, memiliki waktu istirahat cukup, mengembangkan kreativitas kegiatan di dalam rumah yang mungkin sebelumya tidak pernah Anda pikirkan. Tetap bersyukur dan kembangkan harapan-harapan positif. Cobalah temukan hikmah dibalik situasi ini.


(Penulis: Lusiana Bintang Siregar, M.Psi, Psikolog, bekerja di Puskesmas Gambir & Founder Bintang Regana Psikologi di Jakarta)

 

 

 

Berita Terkait

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Top