KOLOM: Remaja Sebagai Pelopor Penjaga Persatuan Bangsa di Sosial Media | Pranusa.ID

KOLOM: Remaja Sebagai Pelopor Penjaga Persatuan Bangsa di Sosial Media


Ilustrasi: (Republika.co.id)

PENULIS: GRACIA PASKALITA

KOLOM: Indonesia merupakan salah satu negara yang masyarakatnya gemar menggunakan sosial media. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh We Are Social pada tahun 2020, terdapat 175,4 juta pengguna sosial media di Indonesia dengan rentang usia yang paling mendominasi adalah remaja usia 15-19 tahun. Dibandingkan dengan tahun yang sebelumnya, persentase pengguna sosial media di Indonesia mengalami peningkatan sebanyak 17%.

Keberadaan sosial media pada dasarnya dapat menjadi wadah untuk menciptakan relasi yang bahagia melalui sharing informasi atau pemikiran yang membangun dan penuh suka cita. Namun, belakangan kita semakin sering dihadapkan dengan berbagai ancaman terhadap integritasi nasional seperti intoleransi, radikalisme, dan berbagai ujaran kebencian karena masalah perbedaan. Celakanya, semua hal tersebut menyebar melalui sosial media, ntah di Twitter, Facebook, atau Instagram dan dikemas melalui meme gambar, video, atau tulisan – tulisan yang provokatif.  

Miris, karena sosial media seharusnya menjadi wahana bagi penggunanya agar hubungan komunikasi antar penggunan bisa berjalan lebih lancar dan menjadi salah satu pilihan untuk bersosialisasi bahkan menolong orang – orang yang belum pernah dijumpai secara langsung melalui metode virtual. Tetapi, malah banyak oknum – oknum yang tidak bertanggungjawab dan menyalahgunakan sosial media sebagai alat untuk memecah belahkan masyarakat yang justru menimbulkan banyak permasalahan.

Informasi-informasi yang bersifat provokatif sering menyangkut tentang agama, politik dan etnis. Para remaja yang lebih mendominasi penggunaan sosial media adalah kelompok yang lebih rentan apabila mendapatkan postingan sosial media yang sangat provokatif. Terlebih, secara umum banyak remaja yang masih tidak bisa memilah informasi yang bermanfaat dan berakhir terjerumus dalam informasi yang bersifat menyesatkan dan provokatif.

Apabila para remaja sudah terpengaruh untuk membenci suatu kaum atau golongan tertentu, maka rasa kebencian tersebut akan tertanam dalam diri mereka dan dapat menimbulkan banyaknya konflik yang bisa mengancam stabilitas keberagaman Indonesia. Pembahasan mengenai topik-topik yang sensitif tersebut tentu saja tidak dapat kita hindari, kita pasti masih menemukan akun-akun yang memposting pembahasan yang bersifat memprovokasi .

Bijak Menelaah Informasi

Lalu, apakah sosial media penuh dengan banyak masalah? Bagaimana sikap kita para remaja? Semua itu tergantung kepada diri kita pribadi tentang bagaimana kita menggunakan sosial media dengan kebijaksanaan agar terhindar dari berbagai informasi menyesatkan yang dapat mengancam kerukunan dan persatuan bangsa. Dari remaja, mulailah dengan perbanyak membaca dari sumber – sumber kritis dan kredibel, ntah dari buku atau gadget sehingga ketika mendapatkan informasi provokatif, kita tidak mudah terpengaruh dan justru bisa mengambil peran dengan menghadirkan counter narasi yang menyejukkan dan menyatukan.

Langkah teknis juga dapat diambil misalnya dengan membuat laporan kepada pengelola sosial media yang biasanya tersedia di aplikasi jika menemukan konten – konten yang sifatnya mengancam. Ajak teman lain untuk berpikir kritis sehingga dapat ikut serta mencegah penyebarluasan informasi yang destruktif.

Komunitas Digital yang Sehat

Apabila kita bijak terhadap penggunaan sosial media, tentunya sosial media akan memberikan banyak manfaat yang begitu positif bagi kita dan juga masyarakat. Sosial media dapat menjadi sarana untuk membangun komunitas daring, seperti misalnya bagi para pengguna yang memiliki minat dan kegemaran yang sama dapat membangun suatu komunitas yang dimana para anggotanya bisa saling bertukar pikiran secara rasional, bertukar informasi, dan saling berkomunikasi dalam usaha untuk memperkuat tali persaudaraan.

Atau misalnya membangun komunitas daring yang fokus pada diskusi keberagaman agar melihat perbedaan sebagai sebuah keniscayaan yang patut disyukuri dan dijaga. Bisa juga membangun komunitas gerakan digital untuk memberikan dukungan atau bantuan kepada orang yang mengalami musibah, sakit, dan lainnya. Dengan berdirinya komunitas daring yang beranggotakan para anggota-anggota mulai dari remaja hingga orang dewasa dari berbagai etnis, agama, budaya yang berbeda justru akan memperkuat tali persaudaraan Indonesia dan mewujudkan semboyan Bhinneka tunggal Ika.

Pesan Persatuan

Dengan konsisten terhadap budaya kritis dan bijak, maka media sosial dapat menjadi sarana yang tepat untuk memperkuat tali persaudaraan antar masyarakat tanpa memandang latar belakang. Hendaknya kita senantiasa menggunakan sosial media sebagai alat pemersatu bangsa sehingga kita dapat mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih rukun. Terlebih bagi remaja, kita harus menjadi pelopor penjaga persatuan bangsa di sosial media. Kita harus ikut mengambil peran penting untuk memastikan bahwa relasi yang terbentuk di jejaring sosial virtual adalah relasi yang membangun, saling menguatkan, dan saling membantu antara satu dan yang lain.

 

PENULIS: GRACIA PASKALITA

Berita Terkait

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Top